KOMPAS.com – Sampah plastik telah memicu kegelisahan banyak orang. Kampanye pengurangan sampah plastik pun terus dikampanyekan. Selain meninggalkan kantong plastik, mengganti sedotan plastik sekali pakai juga berdampak besar bagi lingkungan.
Sedotan plastik merupakan jenis sampah yang terlihat kecil, tetapi ternyata jumlahnya cukup besar.
Divers Clean Action (DCA) pernah membuat riset di 10 kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Padang, Balikpapan, Jayapura, Aceh, dan Manado.
Diperkirakan, jumlah sampah sedotan plastik yang dihasilkan warga di 10 kota tadi mencapai 93 juta batang. Jika disambung-sambung, total panjangnya setara jarak Jakarta ke Mexico City.
Dampak sedotan plastik bagi lingkungan pun sama dengan sampah plastik lainnya, yaitu lama terurai dan bisa menjadi mikroplastik. Selain itu, bentuknya yang panjang dan runcing membuat sedotan ini bisa menyakiti hewan laut.
Kesadaran untuk mengganti sedotan plastik dengan sedotan yang bisa dipakai ulang sudah banyak dilakukan masyarakat. Membawa sedotan dari logam atau bambu jika keluar rumah, sudah jadi gaya hidup banyak generasi muda.
Baca juga: Tren Tinggalkan Sedotan Plastik, Seberapa Besar Kontribusinya untuk Lingkungan?
Peran koorporasi
Perang terhadap sampah plastik seharusnya tidak hanya dalam skala individu, korporasi besar dapat berkontribusi meminimalkan sampah plastik melalui inovasi kemasannya.
Inisiatif dari beberapa perusahaan misalnya menggunakan bahan yang mudah didaur ulang atau tidak lagi menggunakan bahan plastik.
Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia (FFI), Andrew F. Saputro, mengatakan seluruh sedotan plastik dalam produk susu rendah lemak siap minum Frisian Flag kini diganti dengan sedotan kertas.
Ia menambahkan, lewat inisiatif ini sampah plastik yang bisa dikurangi mencapai 10 ton.
“Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen kami, sedotan kertas yang kami produksi juga telah melalui uji pangan, food grade certified dan bebas gluten alergen,” paparnya.
Material sedotan kertas PT. FFI yang dipilih menggunakan bahan yang ramah lingkungan, dapat didaur ulang (recylceable) dan telah mendapat sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council).
Baca juga: Sampah Plastik Ancam Keberadaan Hutan Mangrove Jawa
Direktur Kemitraan Lingkungan (Ditjen PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jo Kumala Dewi, menyambut baik langkah PT.FFI.