Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Komplain, Winson Shoemaker Tembus Pasar Sepatu Dunia

Kompas.com - 25/02/2021, 10:35 WIB
Reni Susanti,
Wisnubrata

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Emil Rahmana Putra bergegas keluar dari gedung kampusnya, Universitas Komputer Indonesia (Unikom) di Jalan Dipatiukur, Bandung.

Ia hendak pulang ke kosan. Di tengah jalan, pria semester 6 tersebut melihat toko sepatu kulit.

Dengan penasaran, ia masuk dan melihat-lihat. Seketika muncul keinginan untuk berbisnis. Tak berapa lama, ia pun berjualan sepatu kulit dari toko tersebut dengan harga Rp 250.000-300.000.

Namun, bukan untung besar yang didapat. Pria kelahiran Tangerang, 23 November 1990 itu malah menerima banyak komplain.

Mendapat komplain, ia tidak putus asa. Ia coba memperbaiki ke toko tempatnya mengambil sepatu. Setelah diperbaiki, ternyata sepatu itu tetap belum memenuhi standar yang diinginkan.

Emil pun mencari alternatif. Ia datang ke sentra pembuatan sepatu di Cibaduyut, Bandung dan bertemu dengan sejumlah pengrajin sepatu.

"Saat itu belum ada merk. Saya masih buat sepatu dengan kualitas biasa," ungkap Emil mengingat kejadian 2012 silam.

Di waktu bersamaan lulusan SMAN 2 Payakumbuh ini mengikuti sebuah komunitas yang bergerak di bidang sepatu.

Di sana keinginannya untuk menggeluti sepatu semakin besar. Ia pun berselancar di internet, membaca berbagai literasi, dan belajar teknik membuat sepatu.

Pengetahuannya tentang sepatu terus bertambah, mulai dari konstruksi, bahan, hingga cara membuatnya. Karena itu, selain mampu mendesain, Emil pun bisa membuat sepatu.

Tahun 2014, setelah lulus, ia mewujudkan mimpinya membuat sepatu berkualitas tinggi, ditandai dengan didirikannya Winson Indonesia.

Nama itu diambil dari ayahnya yang memiliki usaha jahit, Wins Tailor. Karena itu, nama Winson seperti identitas buat Emil.

"Pas lulus, sempat nge-Gojek juga hampir setahun," tutur dia.

Tanpa Modal

Founder Winson Shoemaker, Emil Rahmana Putra.Dok WINSON SHOEMAKER Founder Winson Shoemaker, Emil Rahmana Putra.
Saat memulai Winsonshoe, Emil sama sekali tak mengeluarkan modal. Sebab ia menggunakan sistem make to order (MTO).

Jika ada orang tertarik dengan sepatunya, ia akan berdiskusi panjang lebar dengan calon customernya tersebut untuk menentukan sepatu yang pas sesuai kebutuhan mereka.

Pelayanan inilah yang menjadi salah satu kekuatan Winsonshoe. Tak heran jika pesanan terus berdatangan. Dalam sebulan ia bisa menerima 3-20 permintaan.

Ia tidak bisa menerima terlalu banyak pesanan. Sebab kapasitas produksinya hanya 15 per bulan.

"Pasar Winsonshoe 80 persennya luar negeri, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Jepang. Harganya berkisar Rp 5,5 juta-28 juta," tutur dia.

Sepatu Winson, menggunakan standard material european calf dari tannery seperti ilcea, annonay, dan haas. Konstruksi yang digunakan handwelt sehingga sangat detail.

Tak Didukung

Langkahnya fokus pada produksi dan penjualan sepatu awalnya tidak didukung siapapun. Bahkan ia kerap menerima sindiran.

"Suka ada kata, ngapain kuliah lama-lama, kalau ujung-ujungnya jualan sepatu," tutur Emil menyepertikan ucapan didengarnya.

Ia menanggapi semuanya dengan santai. Emil tetap bersikukuh dengan apa yang ingin ia capai. Baginya, ia tak perlu mendapat pengakuan dari orang-orang, yang penting, costumer happy.

Itulah mengapa, ia menjalankannya dengan bahagia. Bahkan saat harus jatuh bangun membangun bisnisnya.

"Dulu pas awal-awal, buat sepatu pake vendor orang lain. Lama-lama punya workshop sendiri. Sekarang pengrajin terus bertambah menjadi 4 orang," tutur dia.

Lewat sepatunya ini, Emil memimpikan banyak hal. Salah satunya, mengubah pandangan orang terkait pengrajin sepatu.

Orang kerap menilai pengrajin sepatu sebelah mata. Hanya sebagai tukang membuat sepatu. Ia ingin mengangkat citra tersebut, karena sepatu tak ubahnya seperti karya seni.

"Bukan tukang, tapi seniman. Itulah mengapa saya baru berani pake nama Winson Shoemaker tahun 2017. Karena kata shoemaker itu agak sakral buat saya," tutupnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Winson Shoemaker (@winsonshoemaker)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com