Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali 5 Jenis Sakit Kepala yang Biasa Dialami Setiap Hari

Kompas.com - 26/02/2021, 04:30 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah kamu terbangun di pagi hari dan merasakan sakit di kepala? Rasa berdenyut yang amat mengganggu sungguh mengganggu bukan?

Berurusan dengan sakit kepala memang bukanlah hal menyenangkan. Bahkan sakit kepala ringan sekali pun dapat mengganggu produktivitas.

Tak heran ketika seseorang mengalami sakit kepala, maka dia akan berusaha langsung mengatasinya.

Namun, ada sebagian orang yang mengalmi sakit kepala di setiap bangun pagi.

Baca juga: Cara Unik untuk Sembuhkan Sakit Kepala

Rasa sakitnya berkisar dari ringan hingga parah dan terkadang tidak pernah hilang. Kondisi ini disebut sakit kepala kronis. 

Ahli saraf Payal Soni, MD mengatakan, sakit kepala dikategorikan kronis apabila terjadi selama 15 hari atau lebih dalam sebulan.

"Sakit kepala kronis adalah gangguan sakit kepala primer yang artinya tidak disebabkan oleh kondisi lain," kata Soni seperti dikutip Cleveland Clinic.

Sakit kepala kronis bisa terjadi pada siapa saja dan pada setiap rentang usia.

Namun ada beberapa faktor risiko antara lain kegemukan, sleep apnea, kecemasan/depresi, fibromialgia -nyeri di sekujur tubuh, dan sakit punggung kronis.

Mengatasi sakit kepala kronis membutuhkan bantuan penyedia layanan kesehatan. Dr Soni menyarankan untuk mencatat sakit kepala setiap kali muncul.

Baca juga: 5 Penyebab Sakit Kepala Setelah Lari

"Pencatatan ini akan sangat membantu sehingga dapat diketahui seberapa sering sakit kepala terjadi," kata dia.

Selain itu, pencatatan juga dapat menjadi informasi berguna bagi penyedia layanan kesehatan untuk menentukan jenis sakit kepala dan cara mengatasinya.

Jenis sakit kepala

Menurut Dr Sonu, ada lima jenis sakit kepala kronis. Masing-masing memiliki ciri dan penanganan yang berbeda. 

1. Migrain kronis

Umumnya migrain terjadi episodik artinya muncul sesekali dan rasa sakitnya akan hilang. Namun migrain periodik dapat berkembang menjadi kronis.

“Ada studi epidemiologi yang menyatakan bahwa migrain episodik dapat menjadi kronis pada sekitar 2,5 persen pasien migrain setiap tahun,” kata Dr. Soni.

Menurut dia, hal itu merupakan perjalanan alami dari penyakit. Selain itu, ada faktor potensial lainnya yakni gaya hidup.

Misalnya, penggunaan obat sakit kepala secara berlebihan. Entah yang diresepkan atau dijual bebas.

Saat obat digunakan secara konstan, tubuh beradaptasi untuk mengatasi rasa sakit.

Baca juga: 5 Cara Mengetahui Sakit Kepala sebagai Gejala Covid-19

Hal itulah yang dapat membuat sakit kepala menjadi lebih sering dan lebih parah. Bahkan bisa terjadi setiap hari.

Dr Soni mengungkapkan, menurut beberapa penelitian faktor genetik berperan untuk mengembangkan migrain periodik menjadi migrain kronis.

Namun masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungannya.

2. Sakit kepala tegang kronis

Seperti migrain kronis, sakit kepala tegang kronis diawali dengan sakit kepala tegang episodik yang kemudian berkembang.

Beda sakit kepala tegang kronis dengan migrain kronis adalah gejalanya. Jenis sakit kepala ini levelnya ringan hingga sedang.

Sakit kepala tegang kronis walau seperti meremas atau menekan seluruh kepala tidak sampai mengganggu rutinitas sehari-hari.

Beberapa gejala migrain seperti kepekaan terhadap cahaya dan kebisingan, mual, serta muntah tidak terasa pada sakit kepala ini.

3. Sakit kepala pasca-trauma kronis

Sakit kepala pasca-trauma kronis adalah sakit berulang yang terjadi setelah mengalami beberapa jenis trauma kepala seperti gegar otak.

Tapi, mereka yang memiliki riwayat migrain atau sakit kepala tegang juga lebih berisiko mengembangkan pola sakit kepala pasca-trauma kronis.

Baca juga: Mengenal 4 Jenis Sakit Kepala Sebelah, Apa Saja?

"Umumnya sakit kepala pasca-trauma muncul setelah cedera dan sembuh dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan," kata Dr. Soni.

"Tetapi beberapa pasien mengembangkan periode yang lebih panjang sehingga menjadi kronis," tambah dia.

4. Sakit kepala baru

Menurut Dr. Soni, sakit kepala jenis ini terus terjadi setiap hari tanpa riwayat sebelumnya.

"Ini jenis sakit kepala yang terjadi setiap hari dan terus-menerus, tanpa periode bebas rasa sakit," kata dia.

Sakit kepala ini dapat memengaruhi kedua sisi kepala. Gejalanya mirip dengan migrain dan sakit kepala tipe tegang.

5. Hemicrania continua

Ini adalah gangguan sakit kepala yang cukup langka. Sakit kepala ini melibatkan satu sisi kepala yang terjadi setiap hari, terus-menerus, dan intensitas naik turun.

Hemicrania continua juga berbeda dari jenis sakit kepala lainnya. Biasanya ditandai dengan gejala lain seperti mata robek atau kemerahan di sisi yang sama.

"Gejala lainnya hidung tersumbat atau meler di sisi yang sama dengan rasa sakit di kepala," kata Dr. Soni.

Dia mengatakan, belum ada penyebab pasti dari jenis sakit kepala ini.

Pengobatan

Untuk mengatasi sakit kepala kronis, entah migrain atau tipe tegang, butuh perawatan pencegahan sejak awal.

"Perawatan pencegahan biasanya minum obat setiap hari, terlepas mengalami sakit kepala atau tidak,” kata Dr. Soni.

Baca juga: Kelelahan dan Sakit Kepala, Gejala Umum Covid-19 pada Anak

Minum obat dapat mengurangi rasa sakit keseluruhan yang dialami. Pada migrain, obat yang diminum adalah obat-obatan yang biasanya digunakan untuk kejang, tekanan darah, dan depresi.

Sedangkan untuk sakit kepala tipe tegang, obat yang dikonsumsi adalah obat kejang, antidepresan, atau pelemas otot.

Jika setelah minum obat lebih dari dua hari selama seminggu sakit juga tak kunjung berakhir, maka segera hubungi layanan kesehatan untuk tindakan pencegahan lain.

Kemudian, untuk pengobatan sakit kepala pasca-trauma dan sakit kepala harian yang baru dialami menyesuaikan dengan gejalanya.

Untuk hemicrania continua, pasien biasanya merespons obat anti inflamasi yang disebut indometasin.

“Respons terhadap indometasin merupakan bagian dari proses diagnostik untuk hemicrania continua."

"Dokter akan melakukan uji coba yang bersifat diagnostik dan terapeutik untuk pasien," kata Dr. Soni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com