Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Apakah Tambalan Amalgam Masih Layak Dipakai?

Kompas.com - 26/02/2021, 08:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tambalan gigi amalgam yang rusak, harus diperbaiki atau diganti?

Berdasarkan dua penelitian di tahun 2011 dan 2013, dengan segala keterbatasan kedua studi tersebut disimpulkan jika memungkinkan, memperbaiki tambalan gigi amalgam yang rusak mungkin lebih baik dan lebih murah dibandingkan dengan mengganti tambalan gigi amalgam dengan tambalan lainnya.

Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi secara kualitatif pandangan pasien tentang perbaikan atau penggantian tambalan gigi amalgam, ditinjau dari keluhan nyeri, tingkat stres dan kecemasan, waktu, serta biaya.

Bagaimanapun, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membandingkan tingkat toksisitas (keracunan) tambalan gigi amalgam dan tambalan gigi komposit (tambalan sewarna gigi), hasilnya amalgam lebih beracun dibandingkan komposit.

Meskipun jenis amalgam yang digunakan adalah merkuri anorganik. Jenis ini diklaim lebih tidak beracun dibandingkan merkuri jenis uap, dan merkuri anorganik tidak dapat berpentrasi dengan mudah ke dalam sel.

Merkuri anorganik menghasilkan 100 sampai 800 kali lipat lebih toksik dibandingkan komposit untuk sel manusia.

Penggantian tambalan gigi amalgam yang rusak menjadi tambalan gigi yang sewarna gigi (non-amalgam), harus dilakukan dengan prosedur khusus dan hati-hati. Penggunaan alat penghisap air ludah berkekuatan tinggi, isolator karet untuk gigi, dan penanangan limbah merkuri harus diperhatikan.

Baca juga: Peran Dokter Gigi dalam Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat

Penggunaan tambalan amalgam di Indonesia
Di Indonesia, peraturan mengenai penghentian penggunaan merkuri di bidang kesehatan sudah menjadi prioritas untuk dilakukan dan diatur di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia nomor P.81/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 tentang pelaksanaan peraturan presiden nomor 21 tahun 2019 tentang rencana aksi nasional pengurangan dan penghapusan merkuri.

Target penghapusan merkuri di bidang kesehatan menggunakan indikator jumlah alat kesehatan berupa termometer, sfigmomanometer/ tensimeter, dan dental amalgam (unit).

Di dalam peraturan ini tercantum baseline alat kesehatan yang mengandung merkuri yang masih digunakan di beberapa kota pada berbagai provinsi di Indonesia.

Peraturan lainnya adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 57 tahun 2016 tentang rencana aksi nasional pengendalian dampak kesehatan akibat pajanan merkuri tahun 2016-2020.

Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia sudah tidak menggunakan tambalan gigi amalgam sebagai pilihan bahan tambal gigi untuk pasien.

Baca juga: 5 Masalah Umum Gigi dan Mulut, serta Cara Mengatasinya

Kesimpulan
Sebaiknya gunakan bahan tambalan gigi yang aman digunakan dalam jangka waktu panjang, tentunya keputusan ini harus dibuat bersama antara dokter gigi dan pasien, berdasarkan pertimbangan kasus, waktu, dan biaya.

Penggunaan tambalan gigi amalgam di dunia kedokteran gigi masih ada, karena terlihat masih adanya produsen dan konsumen.

Namun, di Indonesia, target untuk menuju Indonesia bebas merkuri sudah dibuat peraturannya oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, berdasarkan efek samping bagi tubuh manusia dan lingkungan yang dihasilkan merkuri dalam jangka waktu panjang.

drg. Citra Kusumasari, SpKG(K), Ph.D

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com