Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Apakah Tambalan Amalgam Masih Layak Dipakai?

Kompas.com - 26/02/2021, 08:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

drg. Citra Kusumasari, SpKG(K), Ph.D

LEBIH dari 150 tahun yang lalu, tambalan amalgam diakui sebagai bahan tambalan gigi yang aman, tahan lama, dan terjangkau di dalam dunia kedokteran gigi. Namun, perdebatan tentang keamanannya kemudian mengemuka.

Berdasarkan regulasi institut standart nasional Amerika dan standart kedokteran gigi Amerika nomor 1, pengertian tambalan gigi amalgam adalah sebuah campuran beberapa bahan metal dengan komponen mayoritasnya adalah perak, timah dan tembaga, serta beberapa tambahan bahan lain yaitu seng, indium, merkuri, dan logam mulia seperti emas, platina dan paladium.

Namun, penggunaan tambalan gigi amalgam di dunia mulai menurun, salah satunya di Amerika. Perdebatan tentang keamanan dan keefektifan tambalan amalgam telah terjadi sejak lama.

Insiden alergi terhadap salah satu kandungan amalgam, yaitu merkuri jarang terjadi dan penelitian yang menghubungkan penggunaan amalgam dengan beberapa penyakit seperti multiple sclerosis (penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat) dan penyakit Alzheimer belum terbukti secara signifikan.

Lantas, apakah tambalan amalgam masih layak dipakai?

Baca juga: Pajak Makanan dan Minuman Bergula Sebagai Pencegahan Gigi Berlubang

Latar belakang menurunnya penggunaan tambalan gigi amalgam

Dulu, konsep pembuangan lesi gigi berlubang adalah melakukan pembuangan lesi gigi berlubang sebanyak mungkin, termasuk bagian gigi yang sehat dan melakukan perluasan untuk pencegahan terjadinya lubang baru.

Dokter gigi juga melakukan pengeburan yang cukup besar dan dengan bentuk yang khusus supaya tambalan amalgam tidak mudah lepas.

Pengambilan bagian gigi yang terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi rentan pecah di masa yang akan datang.

Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini diterapkan konsep intervensi minimal dalam pembuangan lesi gigi berlubang, yaitu pembuangan lesi hanya dilakukan pada bagian gigi yang terinfeksi dan meninggalkan bagian gigi yang sehat, bebas bakteri, dan masih dapat dilakukan pengembalian mineral gigi (remineralisasi).

Baca juga: Mengenal Teknik Menyikat Gigi yang Tepat untuk Cegah Plak

Ilustrasithinkstockphotos Ilustrasi

Tujuan utama konsep intervensi minimal adalah untuk menjaga struktur gigi selama proses pembuangan lesi gigi berlubang, mempertahankan jaringan sehat yang dapat diperbaiki secara biologis sebanyak mungkin dan mempertahankan vitalitas gigi selama mungkin.

Penerapan konsep intervensi minimal dalam penambalan gigi saat ini didukung oleh perkembangan bahan tambal gigi yang lebih baik dalam hal sifat kimia, sifat mekanis, dan estetika.

Baca juga: Waspadai Dampak Kebiasaan Mengertakkan Gigi

Apakah tambalan gigi amalgam aman digunakan?

Dilaporkan berbagai efek buruk dapat timbul dari tambalan gigi amalgam akibat kebocoran merkuri, jika dosisnya melebihi dosis normal di tubuh, antara lain: peradangan mukosa mulut; lesi pada rongga mulut yang berupa penebalan, berwarna kemerahan dan dikelilingi garis putih; peradangan gusi; dan sariawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com