Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contek Model Pengasuhan Orang Denmark agar Anak Lebih Bahagia

Kompas.com - 01/03/2021, 19:46 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Denmark masih menjadi salah satu negara yang masuk ke dalam daftar negara paling bahagia di dunia.

Seperti dikutip laman I Am Expat, Denmark menempati peringkat kedua sebagai negara paling bahagia di dunia menurut World Happiness Report 2020, di bawah Finlandia.

Tingkat kebahagiaan Denmark tidak lepas dari parenting atau pola pengasuhan yang dijalankan masyarakatnya.

Menurut buku karangan Jessica Alexander dan Iben Dissing Sandahl berjudul "The Danish Way of Parenting", terdapat enam cara yang perlu diterapkan dalam pengasuhan anak.

Keenam cara itu disingkat dengan huruf P, A, R, E, N, dan T. Ingin mengetahuinya lebih lanjut? Simak penjelasan di bawah.

1. P untuk play (bermain)

Kebanyakan anak di negara lain sibuk dengan sekolah dan belajar, sementara waktu bermainnya sudah ditentukan atau dibatasi.

Sebaliknya, orang Denmark mengikuti filosofi yang disebut perkembangan proksimal, yang menyatakan bahwa anak membutuhkan ruang untuk belajar dan tumbuh, salah satunya dengan bermain.

Anak dibebaskan untuk mengejar minatnya, sehingga anak bisa mencoba hal baru dan membangun kepercayaan diri.

Orangtua memang hadir dan mendampingi anak, namun tidak memegang kendali atau ikut terlibat dalam aktivitas bermain anak.

Baca juga: 6 Manfaat Bermain bagi Anak, dari Fisik hingga Emosional

2. A untuk authenticity (keaslian)

Orang Denmark memiliki pandangan hidup yang realistis, dan membagikannya dengan anak-anak mereka.

Hal ini bisa dilihat dari cara orangtua di Denmark memuji anak. Mereka meyakini, mereka memuji anak untuk alasan dan dengan cara yang tepat.

Orangtua Denmark akan memuji anak atas kerja kerasnya dalam belajar dan berusaha menyelesaikan suatu tugas, daripada memuji anak atas kecerdasan bawaan yang sudah dimiliki anak sejak lahir.

Pendekatan ini mengajarkan kepada anak bahwa ia dapat melakukan apa saja, bukan hanya mengandalkan kemampuan sejak lahir dan tidak mampu berkembang.

Baca juga: Jangan Hanya Memuji Anak Cantik atau Pintar

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com