Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/03/2021, 16:00 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa orang mungkin merasa dirinya bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu atau istilahnya multitasking. Contoh, membaca email sambil menonton serial favorit di televisi atau ngobrol di ponsel ketika menyetir.

Tapi, sebenarnya multitasking itu tidak terjadi. Menurut neuropsikolog Cynthia Kubu, PhD, otak hanya dapat fokus pada satu tugas dalam satu waktu.

"Saat kita berpikir melakukan banyak tugas dalam satu waktu, seringkali kita tidak benar-benar melakukan dua hal sekaligus," kata Kubu kepada Cleveland Clinic.

Dia menerangkan, sebenarnya yang dilakukan adalah  tindakan individu secara berurutan atau pengalihan tugas.

Baca juga: Kebiasaan Multitasking Bisa Berdampak Buruk pada Anak dan Orangtua

Satu studi menemukan, hanya 2,5 persen orang yang dapat melakukan banyak tugas secara efektif. Bagi banyak orang, upaya untuk melakukan banyak aktivitas sekaligus sebenarnya tidak memungkinkan. Malah multitasking dapat menghambat kinerja.

Studi menunjukkan, ketika otak terus-menerus berpindah fokus untuk mengerjakan beberapa tugas kinerja malah menjadi kurang efisien .

Terutama jika pekerjaan atau tugas tersebut rumit dan butuh perhatian ekstra. Kemungkinan melakukan kesalahan menjadi lebih besar.

Hal itu mungkin tidak terlalu terlihat atau berdampak saat melakukan tugas yang sederhana dan rutin. Contohnya seperti mendengarkan musik sambil berjalan atau melipat cucian sambil menonton TV.

Tetapi, ketika pekerjaannya lebih rumit dan kompleks, mencoba melakukannya secara bersamaan dalam satu waktu dapat berdampak negatif atau bahkan berbahaya.

Baca juga: Deadline Mepet? Ini Dia Caranya Agar Pekerjaan Selesai Tepat Waktu

Multitasking membagi perhatian di otak sehingga sulit untuk memberikan perhatian penuh pada satu hal. Misalnya mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik.

Penelitian menunjukkan, hal itu dapat membuat seseorang terganggu untuk memfokuskan perhatiannya. Selain itu memengaruhi kemampuan orang tersebut untuk mengerjakan tugas.

Akibatnya hasil dari mengerjakan tugas tersebut kurang maksimal.

“Semakin banyak seseorang melakukan banyak tugas, sebenarnya semakin sedikit yang dia capai," kata Kubu. 

Secara perlahan, multitasking membuat seseorang kehilangan kemampuannya untuk mengerjakan tugas. Sebab kesempatan untuk berproses dan melakukan pembelajaran yang lebih mendalam hilang.

Bukti lain, sebuah studi menemukan, mahasiswa yang mencoba mengerjakan banyak tugas membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya. Mahasiswa tersebut juga malah memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah.

Baca juga: Waspadai, Multitasking Tingkatkan Risiko Obesitas, Mengapa?

Akibat lain dari multitasking adalah seseorang jadi lebih sulit untuk penuh perhatian dan memiliki kesadaran hadir pada momen ini alias mindfulness.

Padahal penuh perhatian dan hadir pada saat ini memberikan banyak manfaat bagi pikiran serta tubuh. 

Praktik mindfulness sering digunakan dalam terapi untuk membantu pasien yang menderita depresi, kecemasan, nyeri kronis, dan gangguan kesehatan mental lainnya.

Kubu menyarankan agar seseorang lebih memilih mengerjakan satu tugas dalam satu waktu daripada mencoba melakukan semuanya sekaligus.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com