KOMPAS.com - Pernikahan yang harmonis memang tidak diciptakan sendiri, melainkan berdua bersama pasangan.
Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa variasi DNA seseorang bisa berdampak pada kemampuan seseorang memiliki rasa syukur dan kepuasaan dalam kehidupan pernikahan.
Menurut profesor psikologi dari University of Arkansas sekaligus penulis utama studi, Anastasia Makhanova, setelah menikah, kebanyakan orang berharap tetap merasakan kepuasan dalam pernikahan mereka selamanya.
Namun, hal itu tak mudah untuk direalisasikan.
"Mempertahankan tingkat kepuasan yang tinggi dalam suatu hubungan untuk waktu yang lama itu sulit," katanya, seperti dilansir New York Post.
Baca juga: 10 Fakta Kehidupan Pernikahan, Pasangan Kekasih Wajib Tahu
Penurunan kepuasan dalam hubungan pernikahan seiring berjalannya waktu adalah hal yang biasa dalam kebanyakan hubungan.
Menurut terapis hubungan senior, Rachel Sussman, beberapa masalah umumnya antara lain terkait dengan keuangan, perubahan dinamika dalam keluarga dan bahkan stres yang mengakar pada situasi pandemi.
Namun, studi yang dilakukan Makhanova mengungkapkan, beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk secara intuitif merasa lebih bersyukur dengan pasangan mereka, lebih mempercayai pasangan mereka dan menikmati kepuasan jangka panjang dalam pernikahan mereka daripada pasangan lain.
Mengapa demikian?
Baca juga: 7 Cara Berkompromi demi Pernikahan yang Langgeng
Studi tersebut menganalisa 142 orang yang baru menikah atau sebanyak 71 pasangan. Orang-orang yang dilibatkan menjalani tidak lebih dari tiga tahun pernikahan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.