Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foreign Branding, Strategi Merek Lokal agar Disangka Produk Impor

Kompas.com - 15/03/2021, 12:09 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Istilah foreign branding baru-baru jadi pembahasan viral di Twitter dengan tagar #ikutandukunglokal. Warganet dikejutkan oleh sejumlah merek lokal yang sukses menerapkan strategi ini dan disangka sebagai produk asing.

Terry Palmer, Eiger, J.co, Silver Queen, dan Le Minerale merupakan beberapa produk yang sempat disebutkan oleh netizen. Beberapa orang menyangka produk tersebut adalah perusahaan asing yang ada di Indonesia atau diimpor dari luar negeri.

Alasannya karena nama produk yang terdengar asing di telinga. Padahal, siapa sangka bahwa produk yang populer itu merupakan karya anak bangsa.

Bukannya bahasa asing, beberapa nama merek itu mengadaptasi sejarah pendiriannya sehingga menghasilkan kombinasi kata yang unik. Misalnya saja merek Krisbow yang merupakan gabungan nama pendirinya, yakni Krisnandi Wibowo.

Baca juga: Masa Depan Cerah Produk Skincare Lokal

Beberapa merek lainnya juga punya sejarah penamaan yang unik demi menghasilkan nama yang tidak biasa sekaligus catchy.

Hal ini sebagai bagian perusahaan ini menerapkan strategi marketing bernama foreign branding. Tujuannya untuk memasarkan produk dan meningkatkan imej perusahaannya.

SilverQueen Very Berry Yogurt Dok SilverQueen SilverQueen Very Berry Yogurt

Dalam buku berjudul Foreign Branding and Its Effects on Product Perceptions and Attitudes, disebutkan bahwa foreign branding adalah strategi mengucapkan atau mengeja nama merek dalam bahasa asing. 

Hal ini erat kaitannya dengan upaya untuk memicu stereotip budaya dan memengaruhi persepsi dan sikap produk.

Dalam buku yang dirilis tahun 1994 itu, digelar tiga percobaan untuk mendukung gagasan tersebut. Frans Lecerc, Bernd H Schmitt, dan Laurette Dube, penulisnya, menggunakan merek yang berasal dari bahasa Perancis.

Hasilnya, nama asing tersebut memengaruhi persepsi dan sikap konsumen atas merek tersebut. Dalam hal ini terkait dengan hedonisme yang erat kaitannya dengan branding negara Perancis itu sendiri.

Sementara itu, riset Universitas Gadjah Mada tahun 2002 menunjukkan bahwa ada kaitan antara persepsi konsumen dan probabilitas membeli.

Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk dan dapat menambah nilainya. Branding asing ini secara disengaja dilakukan perusahaan untuk memengaruhi dimensi citra merek tersebut.

Metode ini dinilai efektif mendongkrak promosi dan berdampak pada penjualan. Sebagaimana dibuktikan dalam riset brand Sour Sally di Kota Medan oleh akademisi dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Berdasarkan riset tahun 2018 ini, foreign branding dapat meningkatkan variabel minat beli sebesar 83,4 persen, sedangkan sisanya 16,6 persen. Sebagian perusahaan menunjukkan hasil yang positif dengan metode penamaan ini.

Sebagian besar masyarakat masih menilai jika produk buatan asing memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan perusahaan lokal. Oleh karena itu, produk dengan nama asing lebih disukai dengan citra yang positif pula.

 Baca juga: Meca, Arloji Merek Lokal yang Punya Pelanggan Internasional

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com