KOMPAS.com - Filler payudara dilarang karena berbagai implikasi medis yang menyertainya seperti radang, kerusakan jaringan payudara hingga risiko kematian.
Dokter Listya Paramita, Sp.KK, dermatologis yang kerap membagikan ilmunya lewat media sosial menjelasan, jika upaya memperbesar buah dada dengan menyuntikkan cairan ini sudah tidak lagi diterima dalam dunia media.
"Filler payudara, filler pantat tidak aman, menyebabkan infeksi," jelasnya dalam akun Instagramnya yang dikutip pada Selasa (16/03/2021).
Tindakan ini dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi yang berbahaya bagi tubuh. Payudara memiliki banyak pembuluh darah sehingga suntik filler dapat menyebabkan penyumbatan.
Baca juga: Dampak pada Payudara Ketika Berolahraga Tanpa Pakai Sport Bra
Cairan asing tersebut dapat merusak jaringan payudara yang berdampak secara permanen. Keluhan yang biasanya muncul adalah radang, pembengkakan, bernanah dan kerusakan jaringan.
Bukan hanya benjolan, infeksi penyumbatan ini juga bisa menyebabkan kematian. Pasalnya, cairan yang disuntikkan bisa masuk ke pembuuh darah besar dan mengakibatkan serangan sesak nafas karena jantung dan paru tersumbat.
Pengobatannya jelas tidak mudah dan cepat. Perlu beberapa kali tindakan untuk menyedot cairan ini dari tubuh.
Bahkan dalam taraf ekstrem, perlu pengangkatan payudara untuk benar-benar menghilangkan filler yang disuntikkan. Hal ini tentu saja berpengaruh pada penampilan dan bisa menyebabkan cacat.
Baca juga: Chrissy Teigen Lepas Implan Payudara, Apa Sebabnya?
Dikutip dari akun @meicha_lee04 yang menjadi salah satu korbannya, ia merasakan berbagai keluhan tersebut 3 minggu setelah suntik filler.
"Ada demam, bengkak, sakit, nyeri, nyut-nyutan sampai berkali-kali minum obat," ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.