Oleh: Riana Sahrani
PANDEMI Covid-19 membawa dampak yang serius dalam semua lini kehidupan, tidak terkecuali pada para pegawai atau karyawan.
Pemberitaan Kompas tanggal 10 Maret 2021 mengenai "Angka PHK Melonjak Tajam" membuat penulis tersentak.
Bagaimana kondisi ini tidak membuat kaget karena angka pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 2020 tercatat 20 kali lebih banyak dibanding tahun 2019.
Lebih lanjut, Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa terdapat 386.877 karyawan yang terkena PHK pada 2020, dibandingkan "hanya" 18.911 orang pada 2019 (Kompas, 12 Maret 2021).
Mari kita bayangkan, berapa banyak angka pengangguran yang ada saat ini.
Tentunya sangat banyak dan akan bertambah banyak lagi di tahun-tahun mendatang, seiring dengan lulusnya para siswa menengah atas dan juga mahasiswa.
Cita-cita mereka ingin menjadi karyawan kantoran terpaksa harus dihentikan paksa.
Jangankan berpikir jadi pekerja di perusahaan besar, perusahaan kecil pun belum membuka lowongan lagi.
Banyak orang yang akhirnya harus mengubah paradigma lama, yaitu bekerja harus sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Tidak jarang kita lihat selama masa pandemi ini banyak orang mengubah arah pekerjaan, walau berarti dalam hal ini orang tersebut harus belajar dan berusaha mulai dari nol lagi.
Semua ini memang harus dijalani karena kalau tidak kita akan semakin terkungkung dalam kondisi stres yang tidak berkesudahan.
Jadi apakah kita tidak perlu sekolah atau kuliah, apalagi yang tidak sesuai dengan bidang yang kita minati?
Sekolah tetap harus dan wajib, karena dengan sekolah kita mendapatkan pendidikan dan wawasan yang luas.
Pendidikan inilah bekal kita dalam mengatasi permasalahan dan menghadapi tantangan hidup.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.