Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Dampak Jangka Panjang yang Dirasakan Anak Korban Kekerasan

Kompas.com - 17/03/2021, 18:35 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus penganiayaan balita di Tangerang yang viral adalah bukti kesekian perilaku kekerasan terhadap anak yang masih cukup tinggi.

Anak seharusnya dilindungi oleh orang tua dan orang dewasa di sekitarnya. Sayangnya, fakta menunjukkan jika tindak kekerasan malah kerap menimpa anak-anak.

Bentuk penganiayaan juga beragam, mulai dari psikis, fisik sampai yang berujung pada kematian.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan jika pelaku kekerasan hampir seluruhnya merupakan orang terdekat anak. Mulai dari bibi, paman, pengasuh dan paling banyak orang tua.

Felicia Navarez, pekerja sosial yang kerap menangani kasus ini di Texas mengatakan jika tindakan kekerasan yang dilakukan orang terdekat kerap membuat anak kebingungan.

"Orang yang seharusnya menyayangi dan melindungi malah melakukan kekerasan," ujarnya sebagaimana dilansir dari laman Share Care pada Rabu (17/03/2021).

Baca juga: Balita Dalam Video Penganiayaan Dipukul 25 Kali oleh Pemuda di Tangerang, Mengalami Luka dan Trauma

Hal ini amat disayangkan karena dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang. Bukan hanya kesakitan secara fisik namun juga memberikan efek pada kesehatan mentalnya.

Setidaknya ada 5 efek jangka panjang kekerasan pada anak yang harus diwasapadai antara lain:

  • Depresi

Depresi adalah dampak yang paling sering muncul dari kekerasan terhadap anak. Kebanyakan korban merasa tindakan itu akibat kesalahan mereka. Pikiran ini memicu perasaan tidak berharga yang berujung pada depresi.

  • Kecemasan

Gangguan mental ini juga kerap dirasakan anak yang punya sejarah sebagai korban kekerasan. Navarez mengatakan jika anak akan merasa cemas terus menerus dan tidak percaya baik pada dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.

Perasaan negatif ini bahkan terus bertahan hingga usia dewasa dan mengganggu kehidupan mereka berikutnya.

Baca juga: 5 Langkah Sederhana Menjaga Kesehatan Anak di Masa Pandemi

Ilustrasi balita bermain dengan orangtua.SHUTTERSTOCK/Rawpixel.com Ilustrasi balita bermain dengan orangtua.

  • Masalah hubungan pribadi

Trauma masa kecil dapat berpengaruh pada hubungan pribadi yang dijalani ketika dewasa. Hal ini berawal dari perasaan rendah diri yang membuat mereka mempertanyakan banyak hal.

Anak korban kekerasan juga cenderung terjebak pada hubungan yang tidak sehat dan cenderung sulit keluar dari posisi tersebut. Secara tidak langsung, mereka merasa jika ini adalah akibat dari kesalahan di masa lalu.

Baca juga: Balita Sering Memukul Ketika Marah, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua

  • Perilaku tidak sehat

Anak korban kekerasan juga cenderung melakukan perbuatan yang tidak sehat. Misalnya saja gangguan makan, alkoholik dan penyalahgunaan obat-obatan.

Dari yang sebelumnya sebagai korban, mereka juga bisa beralih menjadi pelaku kekerasan dan kriminalitas. Hal ini merupakan efek berlapis atas perasaan rendah diri yang dirasakan.

  • Masalah kesehatan

Kekerasan yang dilakukan orang dewasa jelas menghasilkan rasa sakit fisik kepada anak. Lebam, berdarah dan patah tulang adalah efek yang nampak dari luar.

Namun, karena anak sedang dalam fase tumbuh kembang maka perilaku ini juga akan menggangu perkembangan otak dan trauma mendalam.

Dalam jangka panjang, ini menyebakan sejumlah masalah kesehatan seperti jantung, penyakit paru obstruktif kronik, tekanan darah tinggi, diabetes, asma, penyakit hati, dan obesitas. Biasanya keluhan ini baru dirasakan setelah mencapai usia dewasa.

Baca juga: 5 Langkah Mengatasi Stres pada Anak Praremaja di Masa Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com