Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Membikin Tato dari Jarak Jauh, Bagaimana Caranya?

Kompas.com - 19/03/2021, 15:26 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber NYPost

KOMPAS.com - Untuk membikin tato, biasanya kita harus mendatangi studio tato dan membuat janji terlebih dahulu.

Namun, bepergian ke luar rumah dan bertemu seseorang agaknya berisiko di masa pandemi seperti sekarang.

Lalu bagaimana jika seorang seniman membuatkan tato di tubuhmu dari jarak jauh? Mungkinkah?

Seorang wanita di Belanda baru-baru ini mendapatkan sebuah tato, yang dibikin oleh seniman dari jarak sekitar 482 km jauhnya di Inggris.

Pembuatan tato jarak jauh itu dilakukan dengan mengandalkan teknologi seluler 5G dan robotika terbaru.

Aksi pembuatan tato ini diselenggarakan perusahaan T-Mobile Belanda dan pakar teknologi yang berbasis di London, Noel Drew, sebagai bagian dari kampanye pemasaran untuk mendemonstrasikan kekuatan 5G.

Seniman London, Wes Thomas mengoperasikan mesin robot dengan jarum tato untuk memindahkan salah satu desain gambar abstraknya ke lengan bagian dalam aktris Belanda, Stijn Fransen.

"Tato 5G ini mungkin yang pertama di dunia. Ini adalah penggunaan otentik dari teknologi mutakhir yang dikombinasikan dengan seni kuno untuk menceritakan kisah manusia," kata Drew kepada PCMag.

Eksperimen itu, kata Drew, merupakan sesuatu yang baru. Pasalnya, setiap komponen operasi harus dirancang dan dibuat secara khusus.

Baca juga: Jangan Asal Punya Tato, Pahami Cara Rawat agar Tetap Kinclong

Tahun lalu, Drew dan tim menghabiskan sekitar enam minggu di studio desain internasional The Mill untuk menguji keamanan dan keakuratan teknologi tersebut.

"Banyak labu yang rusak dalam siklus pengujian sebelum disempurnakan dan siap," sebut dia, merujuk pada percobaan yang memakai labu.

Sang seniman, Thomas bekerja sama dengan para insinyur untuk menyempurnakan teknik lengan robot dan memberi saran tentang aspek unik penggunaan alat tato pada kulit manusia.

"Bekerja dengan Wes (Thomas) sangat mengasyikkan sekaligus menakutkan," kata Drew.

"Ada begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan daripada yang dia sadari, seperti fakta di mana jarum tato biasanya dicelupkan ke dalam tinta setelah digunakan setiap kali."

"Jika gerakan itu ditiru, akan menjadi mimpi buruk," katanya lagi.

Tantangan lainnya adalah bagaimana meniru cara seniman tato menggambari kulit untuk mendapatkan garis yang bersih dan tepat.

"Seniman tato memiliki pemahaman mendalam tentang kulit manusia, tergantung pada lokasi menggambar tato di tubuh dan juga dari orang ke orang, dan mesin harus menirunya," lanjut Drew.

Baca juga: Seorang Pria Menutupi Semua Tato Tubuhnya Dalam Sehari, Apa Jadinya?

Pada pembuatan tato ini, kulit Fransen dibalut dengan perban dan diikat ke kursi untuk mencegah tangan Fransen bergerak.

"Dia sangat tenang terhadap segala proses yang dilaluinya," kata Drew.

Drew juga menekankan, dia tidak menganggap metode tato robotik bisa menjadi hal yang "normal" dalam waktu dekat.

"Saya tidak mencoba mengganti tato tradisional atau aspek manusia dari tato dengan konsep yang digerakkan robot ini," jelasnya.

"Saya berhati-hati agar tidak dianggap meremehkan bentuk seni, terutama setelah mendapatkan pemahaman seperti itu.

Rupanya, Drew juga merasakan duduk di "kursi panas" alias dibikinkan tato oleh Thomas, sebagai cenderamata dari proyek tersebut.

"Tato itu gambarnya adalah simbol bola lampu pijar, persilangan yang tepat antara teknologi dan kreativitas, meski beberapa orang menganggapnya sebagai referensi Pokemon," tutur Drew.

Baca juga: Nasib Seniman Tato Iran yang Tertolak karena Stigma Negatif


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NYPost


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com