Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Seharusnya Kita Merespons Curhat tentang Gangguan Jiwa?

Kompas.com - 23/03/2021, 12:15 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Lebih lanjut, Jiemi mengatakan bahwa eating disorder bukan hanya urusan naik atau turun berat badan. Ada beberapa faktor lain yang berada di belakangnya, seperti trauma, depresi, gangguan kecemasan, tekanan lingkungan, dan lainnya.

"Nggak bisa disederhanakan jadi kesalahan personal orang yang ngalamin," kata Jiemi dalam tweet-nya.

Baca juga: 5 Selebriti Wanita yang Pernah Mengidap Eating Disorder

Bagaimana seharusnya merespons cerita gangguan jiwa

Secara umum, kasus ini mungkin semakin membuka mata kita bahwa gangguan jiwa, termasuk gangguan makan, bisa terjadi pada siapa saja.

Merespons cerita seseorang tentang gangguan jiwa yang dialaminya mungkin terdengar sepele, namun masih banyak orang merespons secara tidak tepat.

Banyak para penderita gangguan jiwa enggan membicarakan kondisinya dan enggan mencari pertolongan karena adanya stigma yang masih melekat di masyarakat.

"Seakan dia adalah orang yang salah, malu karena kondisinya, merasa dia lah yang perlu memperbaiki diri karena tidak kuat atau kurang bersyukur, dan sejenisnya."

"Padahal ini isu kompleks dan perlu bantuan profesional, bukan isu kesalahan personal," ungkap Jiemi ketika dihubungi Kompas.com melalui pesan teks.

Kondisi ini membuat banyak penderita gangguan jiwa tidak mendapatkan pertolongan.

Bahkan, untuk untuk gangguan makan, banyak penderitanya yang tidak sadar bahwa kondisi yang dialaminya adalah gangguan jiwa.

Baca juga: 6 Jenis Eating Disorder, Kenali Gejalanya Agar Cepat Tertangani

Tak menutup kemungkinan kita akan menghadapi kondisi di mana orang dekat kita curhat bahwa dirinya mengalami gangguan makan atau gangguan jiwa.

Alih-alih menyederhanakan masalah yang dihadapi orang tersebut, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah memberikannya kesempatan untuk menceritakan kondisinya.

Menurut Jiemi, di momen itu kita bisa mulai memahami kondisi yang dialami orang tersebut, bukan langsung memaksakan pemahaman pribadi kita.

Hindari pula membandingkan kondisi tersebut dengan kondisi lainnya yang mungkin tidak akan bermanfaat bagi penderita.

"Ketika ada orang curhat, misal tentang gangguan makan yang dialami, ini adalah kisah emosional, maka hindari argumentasi rasional."

"Membandingkan penderitaan yang satu dengan yang lain dengan rasional bisa jadi tidak bermanfaat. Atau berargumen tentang yang kita pikir rasional tentang keluhan lawan bicara," ujar Jiemi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com