KOMPAS.com - Meski bergosip terasa salah, tetapi beberapa orang sangat suka untuk melakukannya. Terlebih, jika itu berkaitan dengan orang-orang yang dianggap menyebalkan.
Menurut sebuah studi baru dari University of California di Riverside, bergosip merupakan sesuatu yang dilakukan banyak orang di hampir sebagian besar harinya.
Bergosip juga menjadi salah satu kebiasaan buruk yang kita semua lakukan secara diam-diam.
Berdasarkan definisinya, gosip hanya berbicara tentang seseorang yang tidak hadir, baik dalam cara yang baik, buruk, atau netral.
"Dengan definisi itu, akan sulit bagi seseorang yang tidak pernah bergosip karena itu berarti pertama kalinya dia membicarakan seseorang yang tidak hadir dalam percakapan tersebut," jelas asisten profesor psikologi yang membantu memimpin penelitian, Megan Robbins.
"Orang itu juga mungkin tidak akan pernah bisa berbicara tentang seorang selebriti kecuali selebriti itu hadir di dalam percakapan," sambung dia.
Baca juga: 4 Tips agar Tak Jadi Korban Gosip di Tempat Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of California tersebut memasang perangkat pendengar portabel pada 467 peserta studi —269 wanita dan 198 pria antara usia 18 dan 58— untuk mengetahui siapa yang bergosip, seberapa banyak, dan tentang siapa.
Hasilnya, sebagian besar gosip yang didengarkan dari percakapan bersifat netral. Artinya, orang yang terlibat dalam bergosip hanya berbagi informasi tentang seseorang yang tidak hadir dan kebanyakan tentang seorang kenalan.
Namun, gosip tentang hal yang negatif dua kali lebih lazim dibicarakan daripada gosip positif. Sementara itu, lebih dari tiga perempat gosip yang tercatat membahas orang lain.
Di sisi lain, bergosip mampu memperkuat ikatan persahabatan dan secara ilmiah terbukti dapat membantu kita untuk hidup lebih lama.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.