KOMPAS.com – Stunting atau kondisi anak pendek akibat kurang gizi kronis harus diintervensi sebelum anak berusia dua tahun untuk mencegah ketertinggalan tumbuh kembangnya.
Pemberian tambahan gizi menjadi program pemerintah untuk menurunkan angka stunting yang masih tinggi di masyarakat.
Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K), Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM mengutarakan untuk mencegah stunting diperlukan pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang, hingga intervensi gizi.
Pada tahap pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI), orangtua harus memperhatikan pola asupan gizi yang seimbang, terutama untuk memberikan asupan karbohidrat, lemak tinggi, dan protein hewani.
Berdasarkan hasil penelitian intervensi gizi spesifik dalam pencegahan dan penanganan stunting di Desa Bayumundu, Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, berhasil menurunkan prevalensi stunting sampai 8,4 persen selama 6 bulan.
Baca juga: Penanganan Stunting yang Salah Bisa Sebabkan Anak Obesitas
Intervensi itu termasuk edukasi pola makan berbasis protein hewani dan penggunaan pangan olahan yang diformulasi khusus di bawah pengawasan dokter untuk tujuan medis.
Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pemberian bantuan sembako untuk Keluarga Penerima Manfaat dan Program Keluarga Harapan, sebaiknya diberikan langsung kepada aparat desa.
Menurutnya, pembagian sembako dengan cara-cara lama seringkali terlambat sampai ke masyarakat.
“Itu pengalaman saya waktu menjadi Bupati di Kulon Progo. Jadi seperti mendistribusikan barang, jalurnya panjang sekali,” katanya dalam acara webinar Kecukupan Gizi Milenial untuk Melahirkan Generasi Emas.
Karenanya, Hasto berencana mengusulkan konsep pendistribusian baru untuk bantuan sembako kepada keluarga penerima manfaat.
“Saya usulkan dan mudah-mudahan disetujui oleh DPR dan juga Kementerian Keuangan karena ini penting, agar bantuan sembako itu langsung disalurkan kepada aparat desa. Di desa itu kan ada PKK, bidan, kader bisa dari Aisyah dan organisasi-organisasi profesi yang lainnya yang menjadi tim pendamping,” kata Hasto.
Artinya, makanan bergizi bisa diolah langsung oleh ibu-ibu PKK di desa, dan itu bisa bervariasi makananya, sehingga masyarakat tidak menjadi bosan mengkonsumsinya.
Baca juga: Tahun Ini, Kemensos Anggarkan Rp 45 Triliun untuk Bantuan Sembako
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.