Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2021, 09:09 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Model Chrissy Teigen menghapus akun Twitter miliknya karena kerap menerima kritik yang memengaruhi kesehatan mentalnya.

Langkah ini cukup mengejutkan bagi penggemar, apalagi Chrissy adalah figur yang sudah lama aktif di platform tersebut.

Tapi, ia tidak sendiri. Faktanya, sudah ada beberapa pesohor yang melakukannya lebih dulu.

Pamela Anderson, misalnya, pada Januari lalu memutuskan untuk berhenti mengunggah konten di Instagram, Twitter dan Facebook.

Sementara Elon Musk pada Februari kemarin mengatakan akan jeda dari Twitter dan Alec Baldwin menonaktifkan akun Twutter pada awal Maret karena merasa banyak orang mengasarinya, dan masih banyak figur lainnya.

Baca juga: Chrissy Teigen Hapus Akun Twitter, Ternyata Ini Sebabnya

Media sosial memang memiliki banyak manfaat. Tetapi, terlalu banyak menghabiskan waktu di platform media sosial juga berkaitan dengan depresi, kecemasan, dan stres.

Menurut chief medical officer pusat perawatan adiksi All Points North Lodge, Dr. Shahla Modir mengatakan, kondisi tersebut bisa membuat seseoang membangun hubungan tidak sehat dengan media sosial

Pakar kesehatan digital Mark Ostach mengatakan media sosial juga bisa menyebabkan trauma digital pada beberapa orang akibat secara intens menerima paparan informasi tertentu.

Lalu, bagaimana kita tahu kapan waktu yang tepat untuk jeda medsos?

Tak semua orang memerlukan jeda medsos.

Namun, bagi mereka yang memerlukannya, jeda medsos bisa membuat seseorang lebih hadir di kehidupan nyata sehingga bisa mempelajari hobi baru dan merawat diri lebih baik.

Kualitas tidur juga mungkin akan membaik karena paparan sinar biru di malam hari berkurang.

Baca juga: Demi Kesehatan Mental, Perlukah Detoks Media Sosial?

Melansir Yahoo, berikut tanda-tanda seseorang butuh jeda medsos:

1. Sering membandingkan diri dengan orang lain

The fear of missing out (FOMO) bisa memicu kecemasan pada sebagian orang.

Orang-orang tersebut mulai merasakan sorotan yang didapatkannya di media sosial adalah sesuatu yang nyata buat mereka.

Menghabiskan terlalu banyak waktu online di medsos bisa membuat seseorang kesulitan membedakan perspektif online dan kehidupan nyata.

Baca juga: Kenapa Kita Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Media Sosial?

2. Terobsesi terus-menerus mengecek ponsel

Mengecek notifikasi setiap waktu juga bisa menjadi tanda bahwa aktivitas digital sudah mengganggu relasi sosial di kehidupan nyata.

"'Likes" bisa sangat adiktif, menyebabkan dopamin, hormon perasaan senang, di otak yang memaksa seseorang untuk terus-menerus mengecek ponselnya," kata Modir.

3. Interaksi dunia nyata terganggu

Ini bisa berupa komplain dari orang sekitar bahwa penggunaan media sosial Anda mengganggu relasi sosial di dunia nyata atau penurunan interaksi dengan orang-orang sekitar.

Indikasi lain bahwa Anda sudah menggunakan media sosial secara berlebihan adalah terus-menerus menerima info yang sama dari berbagai platform media sosial.

"Ini hampir membahayakan kemampuan kita untuk berpikir dan mengembangkan percakapan santai kita sendiri," kata Modir.

4. Tidur terganggu

Tanda lainnya bahwa Anda mungkin perlu jeda media sosial adalah ketika Anda bangun tidur dengan perasaan khawatir tentang apa yang dilihat di media sosial pada malam harinya.

"Ini mungkin karena Anda terus scrolling hingga larut malam. Ini adalah kebiasaan buruk yang sering kali menimbulkan tidur gelisah atau tidak nyenyak," kata Ostach.

Jika kebiasaan mengakses media sosial hingga larut malam sudah mengganggu jadwal tidur, maka mungkin inilah saatnya Anda harus membuat batasan dengan perangkat elektronik Anda.

Baca juga: Remaja di Era Media Sosial Dihantui Kecemasan

5. Mulai memandang negatif diri sendiri

Beberapa orang merasa pandangan terhadap dirinya ikut terpengaruh dari apa yang dilihatnya di media sosial.

Konselor profesional klinis berlisensi dari Washington DC, Jermaine Graves menyebutkan, beberapa tanda seseorang memandang dirinya secara negatif, serta menyebabkan perasaan tidak berharga, putus asa, atau depresi.

6. Rasa kecemasan, depresi atau kesepian meningkat

Media sosial bisa memicu perasaan kompetitif, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan, membuat seseorang merasa perlu dirinya memenuhi ekspektasi sosial dari orang-orang yang mereka ikuti di media sosial.

"Ini hal yang tidak realistis dan berdasarkan fantasi saja," kata Modir.

Baca juga: Tak Hanya Ganggu PIkiran, Kecemasan Juga Sebabkan Gangguan Fisik

Menyeimbangkan dunia nyata dan media sosial

Tak ada yang salah dari penggunaan media sosial. Manfaat media sosial justru bisa kita dapatkan jika dapat menggunakannya decara wajar dan seimbang.

Misalnya, untuk memasarkan dagangan, membagikan momen tertentu bersama kerabat, mendapatkan informasi terbaru, dan lainnya.

Namun, kita perlu memerhatikan bagaimana perilaku penggunaan media sosial memengaruhi diri kita.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar penggunaan media sosial tetap dalam batas wajar dan seimbang:

1. Mengakses media sosial secara wajar

Cobalah lihat perilaku bermedia sosialmu dan temukan keseimbangan antara realitas fisik dan realitas virtual.

Jika Anda menyadari diri Anda terpaku pada layar sepanjang hari, pastikan meluangkan sedikit waktu untuk keluar dan berolahraga.

2. Memberi batasan waktu

Salah satu cara agar dapat membatasi penggunaan media sosial adalah mengatur batasan waktu penggunaan secara spesifik yang biasanya tersedia di setiap aplikasi media sosial.

Graves menyarankan agar membatasi waktu akses media sosial hanya dua jam sehari.

3. Mematikan notifikasi

Ketika notifikasi mati dan tidak muncul di layar, pengguna akan lebih tidak tergoda untuk membuka media sosialnya.

Baca juga: Sering Stres, Coba Matikan Notifikasi Ponsel

4. Memakai gawai seperlunya

Ostach menyarankan agar pengguna berhenti menggunakan gawai, misalnya, setelah satu jam pemakaian.

Menghapus aplikasi media sosial juga bisa menjadi langkah yang lebih besar untuk mengurangi waktu aksesnya.

5. Jangan akses gawai jelang tidur

Hentikan mengakses gawai satu atau dua jam sebelum tidur.

Modir menyarankan mematikan ponsel sekitar dua jam sebelum tidur dan tinggalkan sepanjang malam.

6. Pergi ke luar

Menurut Ostach, bergerak adalah inti hidup yang lebih sehat, yang tidak didapatkan dari penggunaan media sosial.

Media sosial bahkan bisa membuat seseorang lebih banyak duduk dan tidak aktif bergerak, yang pada akhirnya dapat memicu sejumlah penyakit jangka panjang.

7. Membuat kontak mata

Ketika bersosialisasi dengan orang lain di dunia nyata, usahakan membuat kontak mata dengan mereka alih-alih terus terpaku ke layar ponsel dan hanya setengah mendengarkan lawan bicara.

8. Mempertimbangkan jeda media sosial

Jeda media sosial bisa membuat seseorang berhenti menghabiskan waktunya untuk scrolling lini masa.

Anda bisa mempertimbangkan hal ini jika belum terpikirkan sebelumnya.

Cobalah mengganti waktu jeda dengan sesuatu yang lebih bermakna, seperti mengembangkan hobi, menyediakan waktu berkualitas bersama keluarga atau berolahraga.

Baca juga: Bisa Timbulkan Depresi, Ini 5 Tips untuk Rehat dari Media Sosial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com