Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Selama Pandemi Bikin Sulit Menjaga Berat Badan

Kompas.com - 26/03/2021, 15:29 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Perubahan gaya hidup dialami hampir semua orang selama pandemi, termasuk pola makan. Konsumsi makanan bernutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuh memang meningkat, tetapi jajan di luar rumah juga jadi kebiasaan baru.

Selain perubahan pola makan, pandemi juga membuat orang melupakan aktivitas olahraga. Padahal, durasi kita duduk meningkat pesat karena kegiatan bekerja dan bersekolah dilakukan di depan gawai.

“Jadi rute kita selama pandemi ini berkutat dari ruang tamu atau ruang kerja, ke meja makan dan dapur, balik lagi ke ruang tamu, dan teras. Muter saja di rumah,” kata dokter spesialis gizi Diana F Suganda, M.Kes, Sp.GK.

Kebiasaan memesan makanan dari luar pun meningkat, dan biasanya menu yang dipesan tinggi kalori, garam, karbohidrat sederhana, tetapi minim serat.

“Coba, berapa banyak di antara kita yang pesan makanan online tapi pesannya sayur, kayak gado-gado atau salad. Pasti yang enak-anak, apalagi ada promo. Kebayang sehari dua hari, lalu setahun,” ujar Diana dalam acara media talkshow yang diadakan PT Frisian Flag Indonesia (22/3).

Baca juga: Kiat Anti-Boros Jajan Makanan di Masa Pandemi Covid-19

Asupan makanan yang tidak sehat itu kemudian tidak diimbangi dengan aktivitas olahraga, serta berkurangnya jam tidur karena sering begadang menonton serial di televisi.

“Tidak heran, banyak pasien saya yang datang selama pandemi dengan keluhan berat badan naik,” cetusnya.

Tidak cuma pada orang dewasa, menurut Diana, kondisi ini juga terjadi pada anak-anak. Makin banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya semakin gemuk, karena sekarang semua kegiatan dilakukan dari rumah dan tidak ada waktu bermain atau melakukan eskul di sekolah.

Tinggalkan gaya hidup tidak sehat

Pola hidup yang tidak sehat ini tentu harus diubah, sebab kenaikan berat badan akan meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, kolesterol, atau penyakit jantung.

Diana menyarankan pentingnya pola makan gizi seimbang dan melakukan pengaturan jadwal makan. Atur waktu makan tiga kali sehari, ditambah snack di antara waktu makan.

Baca juga: Berapa Kalori yang Harus Dibakar untuk Menurunkan 1 Kg Berat Badan?

“Hindari snack yang tinggi kalori. Pilih snack sehat, bisa buah, susu, atau kacang-kacangan. Ingat, protein adalah building block untuk imunitas kita,” paparnya.

Sementara itu, makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak, harus dihindari. Misalnya makanan siap saji, makanan bersantan, atau pun gorengan, karena bisa memicu inflamasi pada tubuh sehingga kita rentan infeksi.

“Ingat, virus COVID-19 masih ada. Imunitas tubuh harus dijaga. Selain menjaga pola makan, tetaplah aktif bergerak. Disarankan 150 menot/minggu. Jadi kalau dibagi 5 hari, cukup 30 menit/hari,” saran Diana.

Edukasi gizi

Untuk meningkatkan edukasi seputar kesehatan, PT Frisian Flag Indonesia, aktif memberikan informasi seputar gizi seimbang, serta gaya hidup sehat dan aktif.

“Ada beberapa kegiatan, dengan format-format digital. Contohnya Indonesia Siap yang bekerja sama dengan ibu PKK. Kami juga membuat konten edukasi gizi melalui seluruh chanel media sosial kami, kata Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F Saputro.

Baca juga: Waspada, Diet Ekstrem Bisa Memicu Batu Empedu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com