Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/03/2021, 13:00 WIB
Intan Pitaloka,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Minyak sawit memang bukanlah hal yang asing bagi kita.  Di Indonesia kebanyakan orang menggunakan minyak serupa untuk mengolah makanan. 

Masakan pun tak jauh dari bumbu dan makanan yang ditumis menggunakan minyak. Ya, memang ini membuat cita rasanya pun lebih lezat.

Tak hanya itu saja, tak sedikit makanan yang dibuat dengan cara digoreng, yang rata-rata menggunakan minyak sawit.

Baca juga: Demi Kesehatan, Perlukah Ganti Minyak Goreng dengan Minyak Zaitun?

Tengok saja, di sepanjang jalan yang kita lintasi, tentu sebagian besar masakan yang dijual, dimasak dengan cara digoreng. Mulai dari ayam, ikan, tempe, dan banyak lagi.

Lantas, apakah minyak kelapa sawit ini aman untuk kesehatan jika dikonsumsi terus menerus?

Banyak klaim yang menyebut minyak sawit dapat melindungi otak, mempercepat metabolisme, membantu menurunkan berat badan, melawan kanker, penuaan, dan malaria.

Namun, kita perlu mengetahui kebenarannya secara ilmiah terlebih dahulu, sebelum mempercayai klaim semacam itu.

Ada sebuah meta-analisis penelitian minyak sawit tahun 2018, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One.

Di sana diungkapkan,tidak ada bukti yang cukup untuk menyatakan minyak sawit bermanfaat atau pun berbahaya bagi kesehatan jantung.

Baca juga: Pakai Minyak Goreng Berulang Memicu Radikal Bebas

Minyak kelapa sawit mengandung lemak jenuh yang tinggi, meskipun lemaknya tidak terlalu jenuh seperti produk hewani, misalnya mentega.”

Demikian dikatakan Greg Henderson, PhD, Asisten Profesor Ilmu Nutrisi di Purdue University di West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat.

Dia menyebutkan, lemak jenuh yang terkandung dalam minyak sawit sekitar 50 persen.

Sebuah ulasan mengenai minyak kelapa sawit pada tahun 2019 di jurnal Nutrition menyatakan, mengonsumsi minyak sawit dalam jumlah sedang tidak akan menimbulkan risiko kesehatan apa pun.

Senada dengan itu, Handerson pun menyebut, pengaruh mengonsumsi minyak kelapa dengan jumlah yang tidak berlebihan.

Dia mengatakan, tubuh dapat mengencerkan lemak jenuh dari minyak sawit ke titik di mana lemak itu hanya menghasilkan sebagian kecil dari total asupan lemak dan kalori.

Baca juga: Bagaimana Memilih Produk Minyak Goreng Berkualitas

Selain itu, sebuah riset tahun 2018 di Nutrición Hospitalaria menyetujui, risiko kardiovaskular yang terkait dengan minyak sawit sangat bergantung pada lemak lain yang dimakan bersamaan dengannya.

Namun, the American Heart Association merekomendasikan untuk membatasi lemak jenuh hingga kurang dari enam persen dari total kalori harian.

Jadi, ada baiknya kita juga tak berlebihan, bahkan disarankan untuk menggantinya dengan minyak lain, atau metode masak yang berbeda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com