Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/03/2021, 06:40 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

 

Saat G-Shock dibuat pertama kali pada tahun 1983, format tampilan layar digital klasiknya memiliki partisi pada bidang dial-nya.

Pada tampilan standar, bagian utama menjadi kolom untuk menunjukkan angka, dan tampilan kecil di atasnya dipakai untuk penunjuk tanggal.

Baru pada tahun 1998 -atau 15 tahun sejak pertama kali diluncurkan, G-Shock menggunakan gaya analog -atau penggunaan jarum jam, lewat varian AW-571.

Pada produk selanjutnya, kreasi dan kombinasi atas dua pendekatan itu lalu mulai diproduksi oleh Casio.

Nah, sebagai pemain lama dalam dunia arloji, G-Shock terhitung lambat masuk ke segmen smartwatch.

Ketika banyak merek berbondong-bondong masuk ke pasar jam tangan pintar, G-Shock masih "hanya" bertahan dengan kelebihan mereka sebagai jam tangan "tahan banting" saja.

Baru kemudian, varian Rangeman Master of G yang bisa terkoneksi dengan GPS dan telepon pintar diluncurkan pada sekitar tahun 2018, ketika pasar sudah lama dibanjiri oleh produk sejenis.

Lalu, baru di tahun 2020 lalu, Casio membuat GBDH-1000 sebuah jam tangan pintar premium yang dilengkapi dengan sensor detak jantung, dan konektivitas dengan smartphone untuk beragam aktivitas.

Baca juga: Pertama Kali, G-Shock Bikin Jam Tangan dengan Sensor Detak Jantung

Perhatikan seri di atas, GBDH-1000 dan GBD-100, namanya mirip bukan? Ya, memang secara sekilas kedua jam itu memang serupa, hanya "beda kasta". 

Bila tak teliti, GBD-100 bisa disangka sebagai GBDH-1000 yang jauh lebih mahal, karena tampilan layar yang sekilas mirip di antara keduanya. Diameternya dan -tentu saja, kelengkapan fitur di dalamnya berbeda.

Sebagai entry level sport watch GBD-100 tak dilengkapi sensor detak jantung. Maklum saja, harga resmi kedua jam ini terpaut 4-5 kali lipat.

Namun berbicara soal tampilan, arloji ini bisa disebut sebagai jam tangan G-Shock dengan tampilan paling "modern" -ya, maksudnya relatif baru dalam sejarah evolusi G-Shock.

Dengan panel digital yang memenuhi sebagian besar bidang dial -tanpa partisi seperti pada seri klasik, tampilan utama pada GBD-100 mengambil porsi lebih besar, khas smartwatch.

Font yang muncul kala melakukan setting manual pada arloji ini mirip tampilan hitam putih handphone CDMA di masa lalu.

Meski begitu, tampilan ini terkesan "modern" bila dibanding penampakan layar pada G-Shock yang kita kenal selama ini.

4. Material strap dan "gigi" suspender

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com