Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep "Self Love", Penyelamat Bisnis Parfum di Tengah Pandemi

Kompas.com - 08/04/2021, 18:30 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat berbagai sektor bisnis terpuruk.

Namun industri wewangian malah berkembang pesat di masa lebih banyak orang berdiam di rumah saja.

Parfum biasanya dipakai orang ketika ingin bepergian dan bersosialisasi. Sebelumnya sangat jarang ditemukan orang yang menggunakan pewangi saat menghabiskan waktu di rumah.

Baca juga: BIES, Tawarkan Parfum Eropa dengan Harga Terjangkau

Dengan asumsi seperti ini maka seharusnya industri pewangi ini ikut melemah ketika banyak orang dipaksa membatasi pertemuan dan aktivitas.

Hary Wirawan, CEO Macbrame, brand bibit parfum di Indonesia mengatakan, bisnis parfum tetap bertahan dan cenderung meningkat selama setahun belakangan.

"Ada perubahan kebiasaan di masyarakat yang jadi faktor pendukungnya," ujar dia dalam Virtual Press Event  bertajuk “Peran Pengusaha sebagai Penggerak Roda Perekonomian Negara” pada Kamis, (8/4/2021).

Selama masa Work From Home (WFH), orang berusaha membuat situasi yang nyaman bagi dirinya untuk menekan stres.

Salah satu caranya dengan menggunakan wewangian tubuh sepanjang hari. Manfaat lainnya untuk membangun mood agar tetap positif dan produktif di masa yang serba terbatas ini.

Jika dulu orang memakai parfum hanya ketika bepergian demi menghilangkan bau tubuh dan membuat orang lain terkesan maka sekarang tidak lagi.

Baca juga: Mengenal 5 Parfum Pria dengan Kandungan Muntah Paus Ambergris

Kecenderungan perilaku self love ini, tambah Hary, menjadi konsep yang menguntungkan bagi pelaku industri wewangian.

Bukan hanya parfum, produk wewangian lainnya seperti pewangi ruanga, sampo, dan sabun juga semakin berkembang dengan alasan serupa.

Terbukti, perusahaan distributor bibit parfum ini berhasil mencapai nilai jual Rp 935 miliar selama pandemi di tahun 2020.

Brand yang berdiri sejak 2015 ini memasarkan fine fragrance, laundry care, air care, dan personal care.

Namun produk oil essence adalah primadona yang paling laris diburu pembeli selama tahun lalu.

 

Ilustrasi essential oil atau minyak esensial.SHUTTERSTOCK/MADELEINE STEINBACH Ilustrasi essential oil atau minyak esensial.

Hary menjelaskan ia menggandeng sejumlah ahli parfum ternama dari Eropa untuk menciptakan wewangian yang khas dan tahan lama.

Bahan bakunya dikombinasikan dari berbagai negara termasuk Brasil dan Eropa.

Ada pula beberapa bahan lokal yang dipakai meski belum menjadi kandungan utama dari berbagai varian produknya.

Pasar kini juga semakin meminati produk dalam negeri sehingga menjadi faktor pendukung lainnya.

Jika dulu parfum Eropa lebih disukai, sekarang ada kebanggaan menggunakan parfum dalam negeri.

Kebiasaan digital yang kini terbangun juga membuat bisnis ini akan tetap akan menjanjikan di masa mendatang.

Baca juga: Mau Beli Parfum untuk Orang Terkasih? Baca ini Dulu

Bhima Yudhistira, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan jika kebiasaan online yang sekarang dilakukan masyarakat akan bertahan lama.

"Sudah ada perubahan kebiasaan jadi besar kemungkinan tidak kembali ke pola lama," kata dia.

Karena itu, menurut dia, mudah mendapatkan manfaat dari perkembangan bisnis aroma ini.

Namun ia mengingatkan pentingnya riset pasar sebelum memulai bisnis. Cara termudah adalah dengan melakukan penelitian online lewat berbagai tools yang mudah diakses.

"Sekarang gampang, bisa lewat Google, liat demografinya minatnya parfum aroma apa, sudah bisa jadi riset bisnis," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com