Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Putri Tidur Bikin Gadis Ini Tidur 13 Hari, Apa Itu?

Kompas.com - 09/04/2021, 10:26 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - "Echa tidur" dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan belakangan menjadi sorotan.

Pelajar bernama lengkap Siti Raisa Miranda ini diduga menderita sindrom putri tidur.

Ia kerap tertidur pulas dalam waktu berhari-hari, bahkan pernah tertidur sampai 13 hari.

Baca juga: Kisah Echa, Penderita Sindrom Tidur Asal Banjarmasin, Pernah Tidur Pulas 13 Hari

Lalu, apa itu sindrom putri tidur?

Sindrom putri tidur

Melansir Healthline, Sindrom Kleine-Levin (KLS) adalah kelainan langka, menyebabkan penderitanya mengalami periode kantuk berlebihan yang berulang.

Dalam beberapa kasus, penderita sindrom putri tidur bisa menghabiskan waktu tidur hingga 20 jam sehari.

Itulah mengapa kondisi ini sering disebut sindrom putri tidur.

Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi remaja laki-laki cenderung lebih berisiko mengembangkannya daripada kelompok lain. Sekitar 70 persen orang dengan KLS adalah laki-laki.

Stanford Health Care menyoroti kondisi ini sebagai gangguan neurologis.

Beberapa gejalanya antara lain:

  • Episode tidur muncul tiba-tiba, terkadang didahului gejala mirip flu.
  • Episode tidur biasanya berlangsung 1-3 minggu.
  • Ketika episode tidur dimulai, pasien menjadi ngantuk dan tidur hampir sepanjang hari dan malam, bangun hanya untuk makan atau ke kamar mandi.
  • Orang dengan KLS kerap mengalami kebingungan, disorientasi, serta kekurangan energi dan emosi.

Episode tidur orang dengan KLS juga dapat memicu gejala lain, seperti:

  • Halusinasi.
  • Disorientasi.
  • Mudah marah.
  • Perilaku kekanak-kanakan.
  • Napsu makan meningkat.
  • Dorongan seks berlebih.

Baca juga: Diduga Idap Sindrom Putri Tidur, Echa Tertidur Selama 7 Hari, Dokter Sempat Diagnosis Epilepsi

KLS adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi.

Episode tidur bisa berulang tiba-tiba dan tanpa peringatan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun kemudian.

Kebanyakan orang melanjutkan aktivitas normalnya setelah episode tidur itu tanpa adanya disfungsi perilaku atau fisik.

Namun, mereka mungkin memiliki ingatan yang minim tentang apa yang terjadi selama episode tidurnya.

Penyebab

Penyebab pasti KLS tidak diketahui. Namun, beberapa dokter meyakini faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko mengalami kondisi ini.

Misalnya, KLS mungkin timbul dari cedera di hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi ini.

Beberapa orang juga mengembangkan KLS setelah terkena infeksi, seperti flu. Hal ini membuat beberapa peneliti meyakinu KLS mungkin merupakan jenis gangguan autoimun.

Adapun penyakit autoimun adalah ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehatnya sendiri.

Sementara beberapa insiden KLS mungkin juga bersifat genetik. Di beberapa kasus, gangguan tersebut mempengaruhi lebih dari satu orang anggota keluarga.

Baca juga: Hati-Hati, Tidur Terlalu Lama Bisa Menurunkan Kualitas Memori Otak

Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus dan pasti untuk menyembuhkan atau mengendalikan KLS.

Beberapa aspek penyakit dapat ditangani dengan obat-obatan, tetapi ini baru dianggap efektif jika keparahan episodenya sudah berkurang.

Dalam beberapa kasus, dokter menggunakan lithium dan karbamazepin untuk mencegah atau memperpendek episode tidur pada orang dengan KLS. Keduanya biasa digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.

Di luar itu, sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengendalikan KLS selain menyadari efeknya, mengenali episode tidur, dan mendapatkan dukungan penuh dari pihak keluarga dan teman.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan Akibat Kurang Tidur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com