Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Atta Halilitar dan Pentingnya Kesetaraan dalam Pernikahan

Kompas.com - 09/04/2021, 16:23 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum habis pembahasan soal jumlah anak, selebgram Atta Halilintar kembali menuai kritik warganet karena pandangannya soal kehidupan pernikahan.

Pria yang baru saja menikah dengan Aurel Hermansyah ini dikecam karena ucapannya, yang lagi-lagi, dianggap melanggengkan patriarki.

Dalam salah satu vlog bersama Ashanty yang kini berstatus ibu mertuanya, Atta mengutarakan pendapatnya soal peran sebagai suami.

"Kalau udah berkeluarga, aku udah kepala keluarga bukan pas waktu tunangan. Izin suami, suara suami adalah dari Tuhan. Kalau aku enggak izin ini, kamu harus nurut, enggak bisa kayak sebelumnya," terangnya.

Ia juga melanjutkan dengan, "istilahnya hidup kamu sudah diserahkan ke laki-laki yang sudah bertanggung jawab atas kamu. Jadi enggak ada perdebatan yang soal-soal kayak gini, kayak gitu."

Meski video ini sudah dipublikasikan sebulan lalu, namun pernyataan ini baru menuai kontroversi setelah pernikahannya disiarkan secara publik belum lama ini.

Baca juga: Tak Menyesal Nikah Muda, Atta Halilintar Beri Nasihat Para Pria

Sontak media sosial heboh dengan pendapat sulung dari sebelas bersaudara ini. Ia dinilai mengabaikan kesetaraan gender dalam rumah tangga dengan mengecilkan posisi istrinya.

Sebagai publik figur, ujarannya akan memberikan pengaruh buruk pada anak muda. Pasalnya, sejumlah pihak kini tengah berupaya mewujudkan kesetaraan gender dalam berbagai lingkup dimulai dari keluarga.

Atta dianggap melanggengkan praktik buruk yang kini sedang dihilangkan dengan kedok agama.

Peran setara

Dikutip dari akun Instagram Komnas Perempuan, Imam Nahei, komisioner lembaga ini mengatakan jika suami bukanlah wakil Tuhan dan istri bukan hamba sahaya laki-laki.

Keduanya sebagai suami istri adalah sebagai hamba sekaligus khalifah Tuhan di bumi dengan peran yang setara dalam kemanusiaan. Hanya saja memang peran dan fungsinya berbeda.

"Itulah pesan agung kitab suci," jelas penulis, peneliti dan pengajar pada lembaga kader ahli fiqih, Ma'had Aly Situbondo dan Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) Situbondo ini.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Seruan Kesetaraan Gender dan Hak Asasi

Lailatul Fitriyah, penulis sekaligus kandidat doktor pada Program Agama dan Gereja Dunia, Universitas Notre Dame di Amerika Serikat, melontarkan pendapatnya melalui akun Twitter pribadinya.

Menurutnya, kalimat Atta itu melanggar doktrin tauhid dalam ajaran Agama Islam. Pasalnya tidak ada yang bisa mewakili suara Tuhan dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com