Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Gejala Pembekuan Darah yang Tak Boleh Diabaikan

Kompas.com - 14/04/2021, 11:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber

"Perasaan berdebar-debar di dada dan gangguan saat bernapas dalam akan membuat tubuh mengirimkan sinyal bahwa kita memiliki emboli paru," kata Teitelbaum.

"Untuk gumpalan darah kecil, detak jantung meningkat sebagian karena nyeri dada, sesak napas, dan kecemasan."

Demikian dikatakan Lewis Nelson, MD, Ketua Departemen Pengobatan Darurat di Rutgers New Jersey Medical School.

Ada juga pelepasan bahan kimia dari jaringan paru-paru yang menyebabkan peningkatan detak jantung.

Jika gumpalan darah lebih besar, maka gumpalan dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan perubahan aliran darah yang memicu peningkatan kompensasi detak jantung.

8. Merasa lemah

"Kepala terasa ringan karena bahan kimia yang dilepaskan dari paru-paru, perubahan oksigenasi darah, dan tekanan darah serta detak jantung," ungkap Nelson.

Baca juga: Beragam Manfaat Minyak Eucalyptus, untuk Pernapasan hingga Antibakteri

Otak sensitif terhadap perubahan oksigen dan perubahan aliran darah.

Sebuah penelitian yang dimuat di dalam New England Journal of Medicine menemukan, emboli paru membuat sekitar 17 persen dirawat inap karena pingsan.

Hasil itu diambil dari 560 orang lanjut usia yang diteliti.

Langkah mengatasi pembekuan darah

Teitelbaum mengatakan, cara mengatasi pembekuan darah tergantung nyeri atau sakit yang dirasakan seseorang.

Jika kita mengalami sesak napas dan tidak bertenaga, segera dapatkan penanganan darurat.

"Kita perlu pergi ke ruang gawat darurat dan dievaluasi," kata dia.

Namun, apabila gejalanya berupa nyeri atau bengkak dan kita tidak mengetahui penyebabnya, disarankan untuk mengunjungi dokter.

Biasanya dokter akan menangani kondisi pembekuan darah dengan menggunakan obat pengencer darah.

Obat tersebut umumnya dapat dipecah menjadi antikoagulan, tablet atau suntikan.

Efeknya adalah membantu mencegah penggumpalan darah, serta terapi trombolitik, di mana pasien meminum obat untuk melarutkan gumpalan.

Dalam kasus yang lebih parah, pasien DVT bisa jadi harus dioperasi.

"Jika kita mengalami pembekuan darah, Anda mungkin perlu terus mengonsumsi anti koagulan selama beberapa bulan setelahnya," kata Teitelbaum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com