Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2021, 12:50 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Akibatnya, timbul pertanyaan apakah meningkatkan kadar vitamin D bisa membantu melindungi orang yang rentan terpapar Covid-19 atau tidak.

Baca juga: Cara Meningkatkan Kadar Vitamin D Dalam Tubuh

Saat ini terdapat beberapa studi observasi dan tinjauan yang memperlihatkan rendahnya kadar vitamin D dikaitkan dengan risiko terinfeksi Covid-19 lebih tinggi.

"Intinya, dari sejumlah penelitian ada hubungan yang kuat dalam hal kadar vitamin D sebelum terinfeksi," sebut Dr Shad Marvasti,  profesor kedokteran pencegahan penyakit dan keluarga di University of Arizona College of Medicine di Phoenix, Amerika.

Kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan peningkatan sitokin (protein yang bertanggung jawab atas terjadinya peradangan) dan tingkat sel kekebalan pelindung yang rendah, menurut Marvasti.

Sebuah studi yang melibatkan 489 pasien menemukan risiko dari hasil tes positif Covid-19 adalah 1,77 kali lebih besar pada pasien yang kekurangan vitamin D, dibandingkan pasien yang memiliki vitamin D memadai.

Baca juga: Kenali Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D dan Penyebabnya

Studi itu dimuat ke dalam jurnal JAMA Network Open pada bulan September 2020.

"Itu sangat mengejutkan," ujar Dr David Meltzer dari University of Chicago, penulis utama studi itu.

Dalam studi lainnya, Meltzer menemukan orang berkulit hitam dengan tingkat vitamin D yang tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi Covid-19 ketimbang orang dengan tingkat vitamin D yang cukup.

Adapun studi kecil terkait pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 di Spanyol.

Berdasarkan studi tersebut, ditemukan lebih dari 80 persen orang kekurangan vitamin D dibandingkan 47 persen populasi umum.

Namun, tidak ditemukan hubungan antara kadar vitamin D dan tingkat keparahan penyakit.

Tidak ada kesimpulan yang pasti

Sebagian peneliti mempertanyakan hasil studi yang memperlihatkan hubungan antara vitamin D dan Covid-19. Pasalnya, sebagian besar studi merupakan studi observasional, bukan uji coba terkontrol secara acak.

Banyak dari bukti penelitian yang ditemukan hanya menunjukkan hubungan, bukan penyebab. Bahkan hasilnya juga beragam, kata Walter Willett, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health.

Baca juga: 7 Orang yang Berisiko Kekurangan Vitamin D, Siapa dan Apa Dampaknya?

"Akan menjadi sesuatu yang jelas jika kita memiliki bukti yang sangat konsisten, tetapi studi-studi itu hanya menunjukkan beberapa manfaat atau tidak ada manfaatnya sama sekali," kata Willett.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com