Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2021, 12:50 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Para peneliti di Yunani belum lama ini menyimpulkan kekurangan vitamin D tidak terkait secara signifikan dengan infeksi, pemulihan, atau tingkat kematian akibat Covid-19 di negara-negara Eropa.

Lalu, pada bulan Desember, departemen kesehatan Inggris menyarankan masyarakat agar tidak semata-mata mengonsumsi vitamin D untuk mencegah atau mengobati Covid-19.

Dr Erin Michos dari Johns Hopkins School of Medicine mengatakan sulit untuk mengetahui apakah kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan orang tersebut rentan terinfeksi Covid-19 atau tidak.

"Ini mungkin hanya menjadi penanda kesehatan yang buruk dan bukan sesuatu yang dapat diintervensi untuk mencegah Covid-19," sambung Michos yang sudah 15 tahun memelajari vitamin D.

Vitamin D tidak benar-benar mengobati Covid-19

Penelitian tentang penggunaan vitamin D sebagai terapi pada orang yang terinfeksi virus corona menghasilkan data yang sedikit lebih berkualitas. Namun, hasilnya tidak konsisten.

Bukti paling nyata berasal dari uji coba terkontrol secara acak dengan menggunakan plasebo di Brasil.

Dalam uji coba tersebut, dokter memberikan satu dosis besar vitamin D kepada pasien Covid-19 yang dirawat.

Hasilnya, vitamin D tidak secara signifikan mengurangi durasi rawat inap pasien di rumah sakit ketimbang pasien dalam kelompok plasebo.

Penyebabnya adalah pasien baru memeroleh asupan vitamin D setelah terkena Covid-19, dan vitamin D dalam dosis besar hanya diberikan sekali.

Sementara itu, dosis vitamin D yang diberikan kepada tubuh secara bertahap dan sering agaknya bekerja lebih baik untuk melindungi sistem kekebalan, kata Meltzer.

Baca juga: Klaim Kasus Aktif Covid-19 Indonesia Sangat Baik, Doni Monardo: Kasus dan Kematian Global Naik

Vitamin D tetaplah penting bagi tubuh

Sejauh ini, tidak ada bukti yang dapat merekomendasikan penggunaan dosis vitamin D tertentu untuk melawan Covid-19.

Namun, para ahli menekankan perlunya memerhatikan asupan vitamin D kita, misalnya dengan konsumsi suplemen.

Namun Willett juga mengingatkan, lebih banyak vitamin D bukan berarti lebih baik.

Karena vitamin D larut dalam lemak, ada risiko kelebihan suplementasi vitamin tersebut dapat menyebabkan toksisitas atau keracunan.

Beberapa penelitian mengungkapkan, konsumsi vitamin D lebih dari 50.000 IU bisa berbahaya.

Michos, di sisi lain, tidak menganjurkan orang mengonsumsi vitamin D untuk mencegah Covid-19.

Kita bisa melakukan cara lain untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, misalnya mengonsumsi makanan bernutrisi, berolahraga teratur, membatasi minuman beralkohol, dan kualitas tidur yang baik.

Baca juga: Kasus Sembuh Covid-19 Turun, Satgas Sebut Bukan Berarti Penanganan Pasien Menurun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com