KOMPAS.com - Penyanyi Raisa Andriana diketahui tak pernah membagikan foto wajah anaknya, Zalina Raine Wyllie, di media sosial.
Ternyata hal ini dilakukan Raisa untuk menjaga privasi sang anak.
"It's privacy. Menurutku, itu haknya dia," ujar Raisa seperti dikutip dari kanal YouTube Boy William.
Raisa bukan satu-satunya ibu yang melakukan itu. Selain tidak memperlihatkan wajah bayi atau anak mereka, para ibu tersebut juga kerap menutupi wajah anak dengan emoji.
Model Gigi Hadid dan Ashley Graham serta aktris Halle Berry adalah beberapa contoh pesohor lain.
Lalu, apa manfaat yang didapatkan anak di masa depan ketika orangtua mereka melindungi privasi mereka di internet?
Baca juga: Raisa Jelaskan Alasan Tak Pernah Pamer Foto Anaknya di Media Sosial
Media sosial semakin berkembang dari tahun ke tahun, membuat aktivitas berbagi foto dan video rasanya tak menjadi hal yang langka lagi.
Di tengah perkembangan teknologi ini, muncul istilah "sharenting". Sharenting adalah kombinasi dari kata "share (berbagi)" dan "parenting (pola asuh)".
Sharenting biasanya ditujukan untuk para orangtua yang mengunggah apa yang terjadi tentang anak mereka di media sosial. Platform paling populer untuk melakukan sharenting adalah Facebook dan Instagram.
Sharenting dapat berbahaya karena beberapa alasan, di antaranya:
Dengan adanya jejak digital yang dibuat orangtua dengan mengunggah sesuatu tentang anak, orangtua sama dengan mengambil privasi anak.
Mengunggah terlalu sering konten tentang anak sama dengan mengekspos kehidupan anak dan membuatnya rentan menjadi korban bullying atau sasaran penguntit di internet.
Mengunggah foto wajah anak sama dengan memberikan akses kepada orang lain secara luas, bukan hanya tentang diri sendiri tetapi juga informasi tentang anak.
Anak-anak berpotensi menjadi korban penyalahgunaan jika semua data mereka ada di internet.
Membagikan informasi pribadi anak secara luas juga sama dengan membukan akses terhadap predator potensial.
Ada banyak pedofil berkeliaran, termasuk di internet. Mereka bisa saja menggunakan foto anak kita untuk konten seksual, bahkan ketika kita hanya mengunggah foto polos yang tidak bermuatan seksual.
Ketika orangtua mengunggah foto anak, kebanyakan orangtua tidak meminta izin kepada anak apakah ia bersedia fotonya dibagikan atau tidak. Ini berpotensi berdampak negatif terhadap emosi anak di masa depan.
Ketika anak dewasa, mungkin saja ia sedih atau kesal dengan apa yang diunggah orangtuanya tentang diri anak. Meskipun reaksi anak tidak selalu negatif, namun tinggi kemungkinan anak tidak menyukainya.
Terlalu sering membagikan konten tentang anak tidak hanya berbahaya bagi anak, tetapi juga bagi orangtua. Terus-menerus berbagi konten di media sosial berisiko membuat orangtua mengalami kecanduan terhadap aktivitas tersebut.