Ketika kita tergila-gila dengan seseorang, biasanya kita memposisikan orang tersebut sebagai sosok yang sempurna.
Juga, jelaskan kepada anak, terobsesi pada seseorang yang tidak dapat dikejar merupakan tindakan yang sia-sia. Buat dia mengerti, perasaan yang mendalam bisa dialaminya bersama orang lain.
Jatuh cinta bukan pengalaman sekali seumur hidup, dan anak yang mengetahui fakta ini bisa melangkah maju.
4. Ingatkan anak untuk tidak stalking medsos
Orangtua perlu mengingatkan anak agar tidak menggunakan medsos untuk stalking atau memata-matai orang yang disukainya.
Menurut Teen Vogue, kita sulit melupakan seseorang saat kita mengikuti orang itu di medsos.
Menjauh dari media sosial selama waktu tertentu dapat membantu, dan yang terbaik adalah unfollow atau berhenti mengikuti orang yang diincar.
Terus-menerus memeriksa akun media sosial si dia hanyalah sebuah cara untuk menjaga perasaan tetap ada, padahal seharusnya perasaan itu sudah terkubur dalam-dalam.
5. Mengajarkan self-love kepada anak
Ajarkan anak mencintai dirinya sendiri untuk membantu anak mengatasi perasaan jatuh cinta.
Biarkan anak memahami dirinya lebih penting daripada objek yang ditaksir. Terlepas dari segala sesuatu yang dia rasakan tentang orang yang disukainya, dia harus mengetahui bahwa mencintai dirinya jauh lebih penting.
Baca juga: Jangan Keliru Memaknai Perasaan, Ini Beda Jatuh Cinta dan Tergila-gila
Orangtua dapat mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan yang digemari. Langkah ini akan membuat anak tidak terlalu sering memikirkan sosok pujaannya.
Menurut A Conscious Rethink, terlibat dalam hobi atau aktivitas yang menyenangkan dapat membuat anak sibuk, yang dapat mengakhiri obsesinya.
6. Sadarkan anak, perasaannya hanya sementara
Anak harus mengetahui perasaannya itu bersifat sementara dan akan hilang seiring waktu.