KOMPAS.com - Sampai saat ini aktivitas sekolah tatap muka di sebagian besar daerah di Indonesia belum dibuka, dan kegiatan belajar mengajar masih dilakukan secara virtual atau online.
Karena itulah, anak tidak dapat bertemu guru dan teman sebayanya secara langsung. Hal ini membuat anak stres dan cemas, khususnya anak di usia remaja.
Terapis kesehatan perilaku Jane Ehrman, MEd, menjelaskan anak di usia remaja cenderung impusif dan mengalami kecemasan.
Baca juga: Apakah Agar Berhasil, Meditasi Harus Lama?
Ia juga mengatakan, meditasi bisa membantu anak berusia remaja untuk mengatasi stres dan kecemasan akibat pandemi.
1. Manfaat meditasi bagi remaja yang stres atau cemas
Di otak, ada satu bagian yang disebut amigdala. Bagian otak ini akan selalu mencari tahu sesuatu yang pernah menyakiti kita.
Jika kita menghadapi kecemasan atau trauma masa lalu, amigdala akan menjadi lebih reaktif terhadap stres.
Selama anak di usia remaja, lobus frontal otak --bagian yang membantu seseorang untuk membuat keputusan yang tepat-- tidak selalu berhubungan baik dengan amigdala.
Namun menurut Ehrman, dengan meditasi, otak anak remaja akan bekerja kembali dengan baik.
"Dengan 15 menit meditasi setiap hari selama setidaknya tiga minggu, otak menjadi lebih responsif dan kurang reaktif.
"Ini yang dapat membantu remaja yang rentan terhadap kecemasan atau perilaku tidak menentu," kata dia.
2. Meningkatkan fokus anak
Praktik mindfulness seperti meditasi akan meningkatkan fokus dan konsentrasi sehingga anak dapat fokus pada pekerjaan rumah yang diberikan sekolah, dan mendapatkan prestasi lebih baik saat ujian.
Baca juga: Terungkap, Yoga dan Meditasi Mampu Redakan Rasa Sakit
Meditasi juga dapat membantu harga diri dan daya ingat, mengurangi tekanan darah tinggi dan detak jantung, serta menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh anak remaja.
3. Mengajak anak untuk memulai meditasi
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.