KOMPAS.com - Meskipun susu sering menjadi pilihan yang sehat untuk anak-anak karena kandungan proteinnya tinggi, namun susu dapat menyebabkan reaksi alergi serius pada sebagian kecil anak-anak dan orang dewasa.????
Susu sapi adalah pencetus alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. ??Selain itu, setengah dari semua alergi makanan pada anak-anak di bawah 1 tahun disebabkan oleh susu sapi.
"Alergi susu sapi adalah alergi makanan yang paling menyusahkan. Banyak orang tidak menyadari bahwa susu sapi dapat menyebabkan anafilaksis yang begitu parah,"???? kata Carla Davis, MD, direktur program alergi makanan di Texas Children's Hospital seperti dikutip WebMD.
Dia menambahkan, tidak semua orang menyadari ada banyak makanan yang mengandung produk susu dan dapat menyebabkan alergi.
Sementara itu, menurut analisis data nasional yang dilaporkan oleh Medscape, susu sapi terbukti menjadi alergi makanan yang paling mungkin menyebabkan kematian pada anak-anak usia sekolah di Inggris.
Baca juga: Si Kecil Alami Alergi Susu Sapi? Ini yang Harus Dilakukan
"Kurangnya kesadaran inilah yang membuat alergi susu sangat berbahaya," kata Paul Turner, PhD dari Imperial College London.
Alergi makanan pada anak tidak bisa dianggap sepele. Data menyebutkan, anafilaksis atau reaksi alergi dapat membuat anak dirawat di rumah sakit.
Anafilaksis biasanya ditandai dengan gejala tenggorokan seperti tertutup dan jantung berdebar kencang.??
Menurut analisis data pada 2019 dari rumah sakit anak di Amerika Serikat, tingkat anak-anak yang dirawat karena anafilaksis akibat makanan mengalami peningkatan sebesar 25 persen.??
Penelitian juga menunjukkan, reaksi alergi sering kali terjadi lebih parah pada anak yang alergi susu dibandingkan dengan alergi kacang.??
Baca juga: Alergi Kacang Parah, Amy Jadi Lumpuh dan Dirawat 5 Tahun di RS
Mekanisme alergi
Pada orang yang alergi makanan, tubuh memperlakukan protein tertentu dalam susu seperti kasein dan whey, sebagai penyerang.??
Hal ini membuat tubuh meningkatkan respons imun. Antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin (Ig) E akan bekerja untuk melawan protein tersebut.
??IgE biasanya melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan parasit yang dapat memicu peradangan dan pelepasan histamin.??
Untuk kasus alergi makanan, gejalanya berupa ruam, bengkak hingga muntah, kesulitan menelan, dan sulit bernafas.??
Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah mengonsumsi makanan, bahkan meskipun jumlah konsumsi susu hanya sedikit.??
Baca juga: Hampir Mirip, Ini Cara Mengenali Gejala Covid-19 dan Alergi
Mekanisme untuk mengetahui alergi susu sangatlah kompleks. Bahkan bila dibandingkan dengan alergen makanan lainnya.??
Alergi susu bisa dideteksi dengan skin-prick test atau tes darah. Namun itu saja belum cukup.?? Sebab beberapa orang ada yang mendapatkan hasil positif meski tidak alergi.
Sementara beberapa orang lainnya tidak terdeteksi alergi susu meskipun sudah melakukan pengujian dan muncul gejala.??
Belum lagi alergi susu sering kali disalahartikan sebagai intoleransi laktosa, yakni masalah pencernaan yang berhubungan dengan susu.
??Secara global, sekitar 70 persen orang kekurangan enzim untuk memecah gula dalam susu.??
Kondisi ini membuat seseorang mengalami kembung, kram perut, dan diare setelah mengonsumsi susu.??
Akan tetapi laktosa intoleran tidak mengancam jiwa, beda halnya dengan alergi susu.??
Baca juga: Alternatif Nutrisi Bagi Anak Alergi Susu Sapi
"Intoleransi laktosa sangat umum yang membuat banyak orang tidak menganggap alergi susu sebagai sesuatu yang signifikan atau parah.??
Demikian kata Ruchi Gupta, MD, direktur Pusat Penelitian Alergi Makanan dan Asma di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago.??
Pada bayi, gejala seperti kolik, regurgitasi susu formula, dan ruam kadang-kadang disalahartikan sebagai alergi susu.
??Christine Olsen, MD mengatakan, reaksi susu tidak bisa hanya karena faktor genetik.??"Mungkin ada kecenderungan genetik, tapi pasti ada sesuatu yang bersifat lingkungan yang mempengaruhi perkembangan alergi makanan," kata Olsen.??
Salah satu teori mengungkapkan, pertahanan alami tubuh terhadap zat berbahaya termasuk respons kekebalan dapat terganggu karena makanan olahan, bahan tambahan kimiawi, dan lingkungan yang higienis.
Baca juga: Ini Perbedaan antara Alergi dan Intoleransi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.