Menurut Bainbridge, penggunaan kulit alternatif ini masih terbatas hanya untuk produk kalangan atas saja, dikarenakan adanya hambatan dalam produksi pembuatan bahan jamur ini.
“Setiap kali menaikkan skala, tentu akan mengalami pergantian peralatan yang besar, dan itu mengubah proporsi campuran, lalu bisa mengubah segalanya tentang dinamika material,” kata Bainbridge.
Memiliki mitra yang berkomitmen tampaknya menjadi kunci utama untuk membawa kulit jamur ke masyarakat.
"Sekarang kami memiliki fasilitas produksi, kami akan segera mencapai titik di mana kami memiliki produksi skala besar," kata Bainbridge.
Baca juga: KIND, Denim Lokal yang Ramah Lingkungan
Bainbridge optimis tentang peluncuran Adidas ini menandai awal dari ekspansi tersebut untuk menjadi produk komersial.
Isu berkelanjutan
Di tengah industri fesyen yang semakin peduli dengan jejak lingkungannya, tidak heran kulit jamur menarik minat.
Dibandingkan dengan kulit hewan, yang mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang signifikan dalam tahun produksi, Mylo diproduksi dalam dua minggu.
Meskipun ada banyak alternatif kulit non-hewani yang tersedia, sebagian besar terbuat dari plastik. Tekstil berbasis miselium (bagian dari jamur) melibatkan metode pertumbuhan regeneratif dan mengandung lebih sedikit petrokimia daripada yang sintetis.
Dengan gaung isu berkelanjutan yang semakin kuat, ini adalah waktu yang tepat untuk meluncurkan produk dari jamur.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.