Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2021, 13:43 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Bintang sinetron Jeff Smith viral karena pernyataannya yang menolak kategori ganja sebagai narkotika ketika ditetapkan sebagai tersangka di Polres Jakarta Barat.

Pernyataan tegasnya ini tak lepas dari kontroversi soal legalisasi ganja yang masih berlangsung di Indonesia.

Maklum saja, ganja termasuk golongan 1 dalam Pasal 8 ayat (1) UU Narkotika, sama dengan heroin dan sabu. Karena itu penggunaannya tergolong ilegal dan berisiko diciduk aparat kepolisian.

Hal ini berlawanan dengan keputusan The UN Commission on Narcotic Drugs (CND) yang telah mencabutnya dari daftar barang haram. Penggunaannya dilegalkan untuk kebutuhan medis dengan penelitian yang mendukung.

Baca juga: 4 Pengakuan Jeff Smith, Tak Setuju Ganja Dikategorikan Narkotika

Dikutip dari laman WebMD, mariyuana memiliki dampak positif seperti mengobati kanker, alzheimer, epilepsi dan mengurangi rasa sakit.

Namun, salah satu yang sering ditonjolkan adalah manfaatnya untuk mengobati insomnia.

Seperti Jeff Smith, banyak pesohor mengaku memakainya untuk mempermudah tidur. Insomnia memang sering jadi efek samping para selebritis yang punya aktivitas tinggi.

Dikutip dari laman Healthline, Dr. Matt Roman, dokter medis ganja menjelaskan tanaman ini bermanfaat untuk gangguan tidur dengan efek samping yang amat minim.

"Ganja adalah alat bantu tidur yang efektif karena memulihkan siklus tidur alami seseorang, yang seringkali tidak selaras dengan jadwal kita dalam gaya hidup modern saat ini," ujarnya.

Kandungan analgesiknya dapat meredakan nyeri kronis sedangkan kandungan anti kecemasannya efektif untuk menenangkan tubuh dan mengurai stres.

Baca juga: Kebun Ganja Terbesar Segera Dibuka di Australia, Bermodal Rp 4,5 Triliun

Namun, tidak semua jenis ganja memberikan dampak yang serupa. Umumnya ganja didominasi kandungan Cannabidiol (CBD) dan Tetrahydrocannabinol (THC).

CBD memiliki manfaat kesehatan dan nonpsikoaktif sehingga tidak menyebabkan perasaan 'high' saat menggunakannya. Sebaliknya, THC yang merupakan cannabinoid psikoaktif menimbulkan perasaan 'ngefly' bagi penggunanya.

Untuk memudahkan tidur, dibutuhkan ganja dengan kandungan THC yang lebih tinggi.

Riset tahun 2018 menyebutkan ganja tinggi THC dapat mengurangi gangguan tidur Rapid Eye Movement (REM), menghilangkan mimpi buruk dan membuat tidur lebih nyenyak.

Kondisi tidur nyenyak inilah yang paling berkualitas dan menghasilan jam istirahat yang benar-benar bermanfaat.

Baca juga: 5 Tips untuk Atasi Masalah Insomnia

Ilustrasi ganjaThinkstock Ilustrasi ganja

Namun, dikatakan pula ganja dengan kadar THC yang lebih tinggi dapat mengganggu kualitas tidur jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Selain itu, penggunaan ganja secara umum dapat mengubah pola tidur penggunanya. 

Efek samping lainnya juga bisa muncul dari penggunaan ganja yang tak terkontrol. Organ tubuh seperti paru-paru dan otak bisa merasakan dampak buruknya.

Hal yang harus ditekankan pula, penggunaan ganja tidak disarankan bagi orang di bawah 25 tahun karena efek jangka panjangnya pada pembelajaran dan ingatan.

Karena berbagai alasan inilah maka sampai saat ini penggunaan ganja belum dilegalkan di Indonesia.

Baca juga: Benarkah Ganja Baik untuk Kesehatan Mental?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com