Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2021, 15:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Ketika gula darah kita rendah itu dapat memicu rasa kesal dan membuat kita lebih mudah marah.

Gula darah rendah atau hipoglikemia dapat terjadi selama periode pembatasan kalori atau selama periode puasa.

Hal ini menyebabkan iritabilitas, kecemasan, dan konsentrasi yang buruk.

Sebuah studi tahun 2016 pada 52 wanita menemukan, partisipan secara signifikan lebih mudah tersinggung selama periode puasa 18 jam daripada selama periode non-puasa.

Menariknya, meskipun para wanita lebih mudah tersinggung, mereka juga mengalami rasa pencapaian, kebanggaan, dan pengendalian diri yang lebih tinggi pada akhir periode puasa daripada yang dilaporkan pada awal puasa.

5. Merasa kelelahan

Studi menunjukkan, beberapa orang yang mempraktikkan berbagai metode intermittent fasting mengalami kelelahan dan memiliki tingkat energi yang rendah.

Baca juga: Jennifer Aniston Pilih Diet Puasa untuk Tetap Langsing

Gula darah rendah terkait intermittent fasting dapat menyebabkan kita merasa lelah dan tidak berdaya.

Selain itu, intermittent fasting dapat menyebabkan gangguan tidur pada beberapa orang, yang dapat menimbulkan kelelahan di siang hari.

Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan, intermittent fasting sebenarnya dapat mengurangi kelelahan, terutama karena tubuh kita beradaptasi dengan periode puasa yang teratur.

6. Bau mulut

Bau mulut adalah efek samping yang tidak menyenangkan, yang dapat terjadi pada beberapa orang selama intermittent fasting.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya aliran air liur dan munculnya aseton dalam napas.

Puasa menyebabkan tubuh kita menggunakan lemak untuk bahan bakar. Aseton adalah produk sampingan dari metabolisme lemak, sehingga meningkatkan darah dan napas selama puasa.

Terlebih lagi, dehidrasi — gejala yang terkait dengan intermittent fasting — dapat menyebabkan mulut kering dan menyebabkan bau mulut.

7. Gangguan tidur

Beberapa penelitian menunjukkan, gangguan tidur seperti insomnia atau sering tertidur adalah salah satu efek samping paling umum yang terkait dengan intermittent fasting.

Sebuah studi tahun 2020 mengamati 1.422 orang yang berpartisipasi dalam rejimen puasa yang berlangsung selama 4–21 hari.

Studi tersebut menemukan, 15 persen partisipan melaporkan gangguan tidur terkait puasa. Mereka melaporkan ini lebih sering daripada efek samping lainnya.

Baca juga: Perhatikan, 6 Efek Samping Diet Puasa dan Solusinya

Kelelahan mungkin lebih umum terjadi pada hari-hari awal program diet puasa karena tubuh mengeluarkan banyak garam dan air melalui urine.

Ini dapat menyebabkan dehidrasi dan kadar garam yang rendah.

Kendati demikian, penelitian lain menunjukkan, intermittent fasting tidak berpengaruh pada tidur.

Sebuah studi tahun 2021 mengamati 31 orang dengan obesitas yang berpartisipasi dalam rejimen puasa sehari-hari, sambil mengikuti diet rendah karbohidrat selama enam bulan.

Studi tersebut mengungkapkan, rejimen ini tidak memengaruhi kualitas atau durasi tidur, serta tingkat keparahan insomnia.

8. Dehidrasi

Seperti disebutkan di atas, selama hari-hari awal puasa, tubuh melepaskan sejumlah besar air dan garam melalui urine.

Proses ini dikenal sebagai diuresis alami atau natriuresis puasa.

Jika ini terjadi dan kita tidak mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang melalui urine, kita bisa mengalami dehidrasi.

Selain itu, orang yang melakukan intermittent fasting mungkin lupa minum atau kurang minum.

Hal ini sangat umum terjadi saat kita pertama kali memulai rejimen intermittent fasting.

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com