Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/05/2021, 12:45 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kita mengalami risiko kesehatan seperti serangan jantung, kerusakan ginjal, hingga stroke.

Namun karena orang cenderung memerhatikan risiko tekanan darah tinggi, maka kondisi tekanan darah rendah kerap diabaikan.

Padahal, tekanan darah rendah juga dapat menjadi penyebab banyak masalah kesehatan.

"Tekanan darah adalah bagian penting dari fisiologi normal tubuh kita," kata spesialis ritme jantung, Jeffery Courson, MD.

Tekanan darah mencerminkan kemampuan kita untuk mengirim darah dengan oksigen ke organ vital, terutama otak, menurut Courson.

Jika kita memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, kita harus mengecek kondisi kita ke dokter.

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Angka teratas merupakan tekanan sistolik dan mewakili ukuran tekanan di bagian arteri saat jantung berkontraksi.

Sementara itu, angka 80 merujuk pada tekanan diastolik dan mewakili tekanan di arteri saat jantung dalam keadaan rileks.

"Tekanan darah 90/60 mmHg mungkin normal untuk seseorang yang muda dan sehat, tetapi dapat menyebabkan gejala pusing atau lemah pada pasien berusia lanjut atau seseorang dengan masalah kesehatan lain," sebut Courson.

Baca juga: Benarkah Minum Kopi Bisa Meningkatkan Tekanan Darah?

Penyebab tekanan darah rendah

Konsumsi obat-obatan adalah salah satu penyebab paling umum seseorang mengalami tekanan darah rendah.

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah, tiga di antaranya:

  • Stroke volume, jumlah darah yang dipompa dari jantung dengan setiap kontraksi.
  • Tonus pembuluh darah (blood vessel tone), yang dapat dipengaruhi kekakuan atau penyumbatan pembuluh darah.
  • Denyut jantung.

Jika salah satu faktor ini terganggu, maka akan menyebabkan tekanan darah rendah.

Sebagai contoh, pasien yang mengalami gagal jantung dan stroke volume rendah cenderung lebih rentan terhadap tekanan darah rendah.

Kondisi tersebut bisa terjadi jika pasien terlalu banyak mengeluarkan cairan dengan diuretik (pil air).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com