Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Asma Sedunia 2021: Ini 4 Mitos Asma yang Tak Perlu Dipercaya

Kompas.com - 04/05/2021, 17:28 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Pada penderita asma, sel-sel kekebalan di paru-paru dan saluran napas bereaksi berlebihan terhadap pemicu ini, yang dapat menyebabkan:

• batuk

• mengi

• sulit bernapas

• sesak di dada

Sebuah studi tahun 2019 menemukan bukti bahwa kecemasan dapat membuat asma lebih sulit dikendalikan, namun asma tetaplah penyakit paru-paru dan bukan pikiran.

Baca juga: Musim Hujan Picu Serangan Asma, Begini Cara Mencegahnya

2. Asma sembuh seiring bertambahnya usia

Asma sering dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak yang dapat kita atasi seiring bertambahnya usia.

Memang benar asma sering terjadi pada anak-anak. Tetapi asma biasanya tidak benar-benar hilang. Meskipun gejalanya dapat berubah atau menjadi lebih jarang dari waktu ke waktu, kondisinya tetap ada.

Asma mungkin berarti kita memiliki kerentanan genetik terhadap hiperaktifitas di paru-paru atau kerusakan sel saluran napas akibat peradangan kronis.

Penelitian dari tahun 2020 menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan asma yang parah, tingkat keparahan penyakit dapat menurun seiring waktu.

Tetapi, gejala asma masih bisa kambuh dan bisa sangat serius.

Baca juga: Mengapa Penderita Asma Belum Bisa Divaksin Covid-19?

Asma juga bisa berkembang pada orang dewasa yang tidak pernah mengalami gejala saat kecil. Pemicu umum asma yang menyerang orang dewasa meliputi:

• alergi

• kegemukan atau obesitas

• paparan zat beracun atau iritasi di tempat kerja

3. Steroid inhalasi yang digunakan untuk mengobati asma berbahaya

Seperti yang diterbitkan dalam analisis tahun 2012, para peneliti di National Institutes of Health dan lembaga federal lainnya menetapkan bahwa jika gejala asma memburuk, kortikosteroid hirup diperlukan untuk mencegah dampak yang serius.

Tapi steroid mendapat reputasi buruk. Beberapa orang khawatir bahwa kortikosteroid yang dihirup dapat menghambat pertumbuhan anak-anak atau menjadi kecanduan.

Baca juga: Sebelum Inhaler Ditemukan, Ribuan Tahun Orang Hirup Zat Obati Asma

Yang lain mengasosiasikan kata "steroid" dengan steroid anabolik yang digunakan untuk membangun otot.

Namun, "steroid" digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis bahan kimia berdasarkan strukturnya. Kortikosteroid sebenarnya mirip dengan hormon yang diproduksi di dalam tubuh.

Sebuah tinjauan tahun 2015 dari lebih dari 20 penelitian berbeda menemukan bahwa pada anak-anak yang menggunakan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi selama lebih dari satu tahun, terdapat perbedaan tinggi kurang dari 1 cm pada saat mereka mencapai usia dewasa.

Kendati demikian, asma yang tidak diobati sejak dini sebenarnya dapat memperlambat pertumbuhan dan permulaan pubertas.

Baca juga: Penyakit Asma: Gejala dan Faktor Risikonya

Namun, kortikosteroid inhalasi tetap memiliki efek samping yakni:

• sakit tenggorokan

• suara serak

• sariawan (infeksi jamur pada mulut)

• mimisan

Maka, penggunaan kortikosteroid inhalasi harus ditentukan oleh penilaian risiko-manfaat dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan.

4. Penderita asma tak aman untuk berolahraga

Olahraga adalah pemicu asma yang umum, sehingga tidak heran jika banyak orang percaya bahwa tidak aman bagi penderita asma untuk berolahraga.

Tetapi asma bukanlah alasan untuk tidak menjalani gaya hidup aktif dan olahraga sebenarnya dapat membantu mengelola asma.

Baca juga: Persalinan Caesar Bikin Bayi Berisiko Tinggi Sakit Asma

Program berbasis olahraga untuk meningkatkan kesehatan paru-paru juga ditemukan terkait dengan peningkatan kualitas hidup dan gejala asma yang lebih sedikit.

Obesitas terbukti meningkatkan risiko asma. Ini disebabkan karena obesitas berkontribusi pada peradangan ringan di seluruh tubuh, yang dapat menjadi faktor risiko asma.

Oleh sebab itu, olahraga tetap dibutuhkan para penderita asma untuk menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com