Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raditya Oloan Sempat Alami Badai Sitokin Sebelum Meninggal, Apa Itu?

Kompas.com - 07/05/2021, 07:10 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Meskipun memiliki sedikit kemiripan dengan influenza dan jenis virus corona lainnya, Covid-19 menargetkan regulator spesifik dari respons sitokin yang dapat menyebabkan penyakit menjadi lebih parah.

Para peneliti menemukan bahwa ini bukan karena virus itu sendiri, melainkan respons kekebalan spesifik pada pasien tertentu.

Menurut Olbei, bagi kelompok pasien yang terinfeksi Covid-19, bahaya nyata ditimbulkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi secara berlebihan.

Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Saluran Pernapasan di Tengah Pandemi Covid-19

Menyebabkan peradangan paru-paru

Mahirsyah menjelaskan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Sementara yang terjadi pada badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Dalam kondisi seperti ini, paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras untuk membunuh virus.

Peradangan ini juga membuat sistem imun melepas molekul yang bersifat racun, baik bagi virus maupun jaringan paru-paru.

Apabila tidak ditangani dengan tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas dan meninggal dunia.

"Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan," ujarnya.

Baca juga: Peneliti Ungkap Badai Sitokin Sebabkan Delirium, Kebingungan yang Dialami Pasien Covid-19

Pengobatan

Dia menjelaskan bahwa interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.

Untuk mengobatinya, Mahirsyah menyebut, obat anti-interleukin-6 seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasien Covid-19.

Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19 karena bersifat antioksidan yang dapat mengurangi keparahan badai sitokin.

Jadi, badai sitokin ini akan bergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang masuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com