Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2021, 09:26 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Sudah banyak kita dengar kasus kematian mendadak pada orang-orang yang aktif berolahraga, bahkan seorang atlet. Sebagian besar kasus dikaitkan dengan serangan jantung.

Menurut data di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 50.000 kematian mendadak terjadi pada atlet.

“Pada atlet kebanyakan terjadi karena henti jantung mendadak atau cardiac arrest, yaitu kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan efektif,” kata dokter spesialis jantung dr.Ario Soeryo Kuncoro Sp.JP dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Heartology RS.Brawijaya Jakarta (8/5/2021).

Cardiac arrest bisa dipicu oleh berbagai sebab, mulai dari gangguan irama jantung, serangan jantung, atau pun penumpukan cairan di selaput jantung.

Ario menjelaskan, faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian mendadak karena jantung antara lain kebiasaan merokok, berjenis kelamin laki-laki, gangguan kolesterol, hingga ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.

Baca juga: Ketahui, Kematian Mendadak Tak Selalu karena Penyakit Jantung

Selain itu, ada penyebab lain yang juga sering tidak terdeteksi, yakni gangguan pada otot jantung.

“Pada olahragawan justru aktivitas olahraganya bisa menyebabkan penebalan otot jantung yang berkembang menjadi penebalan tidak normal. Hal ini membuat aliran darah tidak efisien,” ujarnya.

Kelainan otot jantung tersebut salah satunya bermanifestasi sebagai gangguan irama yang dapat menggangu fungsi jantung. Akibatnya, pencinta olahraga ini terancam resiko henti jantung mendadak atau mati mendadak.

Baca juga: Cara Mengenali Kondisi Kesehatan Jantung Sendiri, Sudah Tahu?

Deteksi dini

Pencegahan dan deteksi dini kematian mendadak, menurut Ario, tidak mudah karena diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh dengan biaya relatif besar.

“Untuk screening sederhana bisa dengan wawancara risiko penyakit dan pemeriksaan fisik, misalanya apakah pernah pingsan tanpa sebab sebelumnya, riwayat nyeri dada yang mengarah penyempitan pembuluh darah atau pun aritmia,” kata dokter yang menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Baca juga: Mengenal Henti Jantung, Penyebab Didi Kempot Meninggal Dunia

Yang tidak kalah penting adalah mengetahui adanya riwayat penyakit jantung dalam keluarga, seperti aritmia atau kematian mendadak pada usia kurang dari 50 tahun.

“Ini perlu dievaluasi lebih lanjut, misalnya dengan rekam jantung atau USG jantung secara rutin,” katanya.

Sebagai pencegahan, Ario menekankan pentingnya untuk tidak menganggap remeh setiap keluhan saat sedang berolahraga.

“Misalnya ada rasa pusing, kliyengan, sebaiknya berhenti dan istirahat, apakah keluhannya membaik,” imbuhnya.

Kondisi yang wajib diwaspadai adalah ketika dada terasa berat, napas sesak, keringat dingin, atau terlalu capek sehingga ingin pingsan. Segera hentikan olahraga dan cari pertolongan dokter.

Baca juga: Kenali, Beragam Gejala Serangan Jantung

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com