Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kembang Bangah, Motif Batik Sarat Kritik Karya Go Tik Swan

Kompas.com - 11/05/2021, 13:13 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber dgi.or.id

Dalam riset Universitas Sebelas Maret tahun 2006, dijelaskan unsur ragam hiasnya terdiri dari belah ketupat, segitiga dan isen-isen.

Secara keseluruhannya, motifnya meniru bentuk alam.

Seperti yang disebutkan di atas, nama batik ini diambil dari nama bunga kecil makanan ular yang banyak tumbuh di sekitar selokan.

Baca juga: Go Tik Swan, Menyatukan Indonesia Lewat Batik

Alasan Hardjonagoro memakai kembang bangah sebagai motif batik, karena ia merasa hidup di tengah kubangan kotoran, sebab budaya tidak lagi dihargai.

Everything is sale for money," kata dia lagi.

Simbol belah ketupat yang jadi motif bakunya melambangkan tolak bala.

Sedangkan bentuk segitiga melambangkan permohonan keselamatan artinya harapan agar kebobrokan dalam kebudayaan yang semuanya dihargai dengan uang dapat berangsur membaik.

Warna yang dipakai juga memiliki perlambangan yang berbeda sesuai harapan maestro ini.

Biru tua, misalnya, melambangkan rasa amarah dan kekecewaan yang terinspirasi dari Serat Kala Tida karya R. Ng. Ronggowarsito.

Sedangkan warna cokelat muda melambangkan kekecewaan, dikutip dari Gesang dalam syairnya yang berjudul Caping Gunung.

Penelitian berjudul Semiotika Visual dalam Pertukaran Tanda dan Makna Sosial Politik pada Batik Karya Hardjonargoro Go Tik Swan menyatakan ada makna perspektif simbolik yang mendalam pada corak ini.

Bentuknya merupakan persatuan tanda yang dmegahkan, warna suram yang dicerahkan, dan susunan motif yang teratur.

Baca juga: Mengenal K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan, Budayawan Tionghoa Solo

Secara simbolik, ini mencerminkan kepalsuan kondisi sosial politik yang sedang berlangsung pada masa itu, sebagai kritik sosial terhadap pemerintah yang berkuasa.

Cara ini menunjukkan karakternya sebagai pelaku kebudayaan Jawa yang tetap halus namun berani menyampaikan kritik pada penguasa.

Hal ini sebenarnya tidak mengherankan karena dia memiliki persamaan pandangan dengan Soekarno.

Keduanya pernah memiliki konsep serupa tentang kehidupan kebangsaan yang menerjemahkan konsep kerakyatan yang diiinginkan Soekarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber dgi.or.id
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com