KOMPAS.com - Bella Hadid dikritik karena aksinya yang ikut turun ke jalan dalam aksi mendukung Palestina yang digelar di New York, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.
Kritik tersebut dilontarkan oleh Pemerintah Israel melalui akun Twitter resmi yang dikelola oleh tim Diplomasi Digital dari Kementerian Luar Negeri Israel.
Baca juga: Bella Hadid Turun ke Jalan, Ikut Aksi Dukungan terhadap Palestina
Kicauan tersebut berbunyi, "when celebrities like @BellaHadid advocate for throwing Jews into the sea, they are advocating for the elimination of the Jewish State."
"This shouldn’t be an Israeli-Palestinian issue. This should be a human issue. Shame on you.”
Kicauan tersebut disertai degan tangkapan layar akun Instagram dari supermodel tersebut yang sedang turun ke jalan melakukan aksi protes.
Perempuan itu mengenakan pakaian tradisional Palestina, keffiyeh dan masker yang menutupi wajahnya.
View this post on Instagram
Sebagai pelengkap, disertakan pula tagar #IsraelUnderAttack.
Sikap Bella Hadid dianggap sebagai serangan tersendiri bagi Bangsa Yahudi dan Israel sehingga kemudian dikritik secara terbuka oleh negara ini, melalui media sosial.
Akun tersebut mengklaim narasi Bella yang terekam dalam video siaran langsung di menit 0:22 itu mengajak publik untuk membuang orang Yahudi ke lautan.
Namun demikian, tak sedikit warganet yang menyanggah tudingan tersebut, dan menyatakan bahwa narasi supermodel itu ialah "From river to the sea, Palestine will be free".
Sampai tulisan ini dibuat, kicauan tersebut telah mendapatkan 1.051 Retweets, 13,8 ribu quote tweets, dan 3.941 likes.
Adik dari Gigi Hadid ini memang vokal menyuarakan asprirasinya soal kekerasan berkelajutan terkait isu konflik Israel-Palestina.
Sebelumnya, ia kerap mengunggah dukungan terbuka lewat media sosialnya.
Bella tergolong aktif membagikan info soal konflik yang telah merenggut nyawa banyak orang.
Bella sendiri mengakui dengan bangga bahwa ia adalah keturunan imigran Palestina.
Baca juga: Bella Hadid Bangga Jadi Seorang Wanita Muslim
Ayahnya, Mohamed Hadid terpaksa keluar dari Tanah Air-nya tahun 1948 akibat kekerasan yang terus dialami.
Keluarganya sempat menjadi pengungsi di Suriah, Lebanon, dan Tunisia sampai akhirnya berhasil membangun hidup kembali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.