Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2021, 18:24 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Diet rendah lemak pada pria ternyata menurunkan produksi testosteron hingga 10-15 persen.

Demikian kesimpulan dari sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di University of Worcester, Inggris, dan hasilnya diterbitkan dalam Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology.

Padahal, kadar testosteron yang optimal sangat penting untuk kesehatan pria.

Baca juga: 13 Tanda Testosteron Rendah, Pria Perlu Tahu

Sebaliknya, kadar testosteron yang rendah terkait dengan risiko penyakit jantung, diabetes, dan alzheimer yang lebih tinggi.

Kadar testosteron yang optimal pun merupakan kunci untuk performa kebugaran fisik, kesehatan mental, dan juga kesehatan seksual pria.

Sejak tahun 1970-an, sudah terjadi penurunan kadar testosteron rata-rata pria, dan tingkat hipogonadisme (testosteron rendah secara medis) pun meningkat.

Strategi diet dengan risiko rendah bisa menjadi pengobatan yang baik untuk masalah testosteron rendah semacam ini.

Disebutkan, penelitian memiliki tinjauan sistematis dan meta-analisis yang menggabungkan hasil dari enam studi terkontrol dengan total 206 responden.

Riset ini pertama-tama menempatkan pria pada diet tinggi lemak  (40 persen lemak), dan kemudian memindahkan mereka ke diet rendah lemak (20 persen lemak).

Baca juga: 7 Makanan Penambah Hormon Testosteron untuk Pria

Dari sana ditemukan kadar testosteron mereka menurun lantas rata-rata 10-15 persen.

Dari data tersebut terungkap, angka terburuk adalah diet rendah lemak vegetarian yang menyebabkan penurunan testosteron hingga 26 persen.

Para ilmuwan dalam penelitian ini menghubungkan hasil tersebut dengan penelitian serupa yang dilakukan pada manusia dan tikus.

Studi ini menemukan, asupan tinggi lemak tak jenuh tunggal yang ditemukan dalam minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan dapat meningkatkan produksi testosteron.

Namun, lemak tak jenuh ganda omega 6 yang banyak ditemukan dalam minyak nabati, dapat merusak kemampuan sel untuk memproduksi testosteron.

Kondisi ini terjadi karena lemak tak jenuh tinggi seperti lemak tak jenuh ganda lebih rentan terhadap oksidasi, yang memicu kerusakan sel.

Para peneliti menyatakan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dalam bahasan ini.

Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Hormon Testosteron Secara Alami

Ketua peneliti Joseph Whittaker menyebut, idealnya harus dilakukan beberapa riset serupa demi mengonfirmasi hasil yang sudah didapatkan ini.

"Namun, studi ini mungkin tidak akan pernah datang, biasanya peneliti ingin menemukan hasil baru, bukan meniru yang lama," kata dia.

Sementara itu, bagi para pria dengan testosteron rendah akan lebih baik untuk menghindari diet rendah lemak.

Lemak diet adalah topik kontroversial dalam ilmu nutrisi, dengan pendukung berbagai diet sering kali tidak sepakat (rendah lemak vs rendah karbohidrat).

Manfaat diet rendah lemak seperti penurunan kadar kolesterol, harus dipertimbangkan terhadap potensi kerugiannya, salah satunya penurunan kadar testosteron.

Secara tradisional, pedoman diet berfokus pada pembatasan asupan lemak, dengan pedoman Inggris dan Amerika Serikat saat ini membatasi asupan lemak hingga kurang dari 35 persen dari total kalori.

Namun, seiring semakin banyaknya penelitian tentang manfaat diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, pandangan tradisional ini semakin diteliti dan didalami.

Dalam beberapa tahun terakhir, diet tinggi lemak telah terbukti menurunkan trigliserida, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol HDL alias 'kolesterol baik'.

Lalu pilihan diet tinggi lemak pun -dengan hasil penelitian terbaru ini, dipercaya bisa meningkatkan kadar testosteron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com