Namun, sangat jarang "kehamilan" menjadi tujuan akhir bagi wanita mana pun.
Hamil adalah langkah pertama seseorang untuk menjadi orangtua dan seorang wanita yang mengalami keguguran seolah batal mendapatkan hak tersebut.
Selain itu, tak penting pula untuk membandingkan perjuangan seorang wanita dengan yang lainnya.
Baca juga: Penyebab Tak Terduga Keguguran
Bagi para wanita yang mencari dukungan, kalimat semacam ini bisa menimbulkan sakit hati.
Keguguran memang hal yang umum terjadi, namun hal itu tak berarti seseorang yang mengalami keguguran tidak membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan ungkapan duka yang sehat karena peristiwa kehilangannya itu.
Mengetahui bahwa bayi yang dikandungnya telah tiada adalah fakta yang sangat berat bagi seorang wanita.
Pada kondisi tersebut, ia mungkin akan mulai menyalahkan dirinya sendiri, memikirkan apa kesalahan yang dilakukannya sehingga mebyebabkan keguguran, hingga mengapa tubuhnya gagal.
Mendengarkan kalimat seperti "kamu seharusnya/tidak seharusnya..." dari orang yang seharusnya memberikan dukungan bukanlah hal yang dibutuhkan oleh seseorang yang mengalami keguguran.
Bagi sebagian wanita, rasa sedih setelah keguguran hanya berlangsung singkat setelah keguguran terjadi.
Namun, bagi sebagian lainnya, rasa sedih itu bisa bertahan lama dan menjadi begitu rumit karena adanya faktor-faktor lain.
Jadi, mengatakan seseorang bahwa segalanya akan baik-baik saja dalam beberapa hari bukanlah hal yang tepat, bahkan sangat menyesatkan dan terkesan meremehkan.
Efek samping fisik bisa bertahan selama beberapa pekan dan wanita tersebut mungkin butuh waktu lebih lama untuk menyembuhkan emosionalnya.
Baca juga: Makan Durian atau Nanas Saat Hamil Picu Keguguran, Mitos atau Fakta?
Ketika seseorang sedang merasa sakit dan sedih, banyak orang menyampaikan kalimat seperti "bersyukur saja" atau "terimalah apa yang sudah kamu punya".
Ketahuilah bahwa kalimat seperti itu sama sekali tidak membantu.
Kalimat seperti itu sering juga diucapkan kepada wanita yang sudah punya anak yang lebih besar.