Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, 5 Makanan Ini Bisa Berdampak Buruk bagi Lingkungan

Kompas.com - 19/05/2021, 19:00 WIB
Intan Pitaloka,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Begitu banyak pilihan makanan untuk kita, mulai dari jenis sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging, ataupun makanan yang merupakan produk turunan atau buatan. 

Kita mengonsumsi makanan-makanan tersebut berdasarkan berbagai alasan, mulai dari aksesibilitas, rasa, kesehatan, keterjangkauan, dan hal lainnya.

Jika kita memiliki perhatian khusus untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan, kita perlu mengetahui daftar makanan yang baik ataupun kurang baik untuk lingkungan.

Baca juga: 10 Hal yang Terjadi Jika Berhenti Makan Daging Merah

Kita mungkin akan sedikit terkejut ketika melihat beberapa daftar makanan yang kurang disarankan untuk sering dikonsumsi, karena berdampak kurang baik untuk planet kita.

Tetapi, bukan berarti kita dilarang untuk mengonsumsinya.

1. Daging merah

Daging merah (terutama daging sapi dan domba) termasuk menjadi makanan yang kurang baik untuk lingkungan.

Sebab, daging berada di urutan kedua teratas daftar dalam hal jejak karbon tertinggi dan efek merusak lingkungan.

Memproduksi satu kilogram daging sapi sama saja mengeluarkan 60 kilogram gas rumah kaca dan membutuhkan lebih dari 900 galon air.

Selain efek berbahaya pada perubahan iklim, makan dua porsi daging merah per minggu terbukti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 3-7 persen.

Baca juga: Konsumsi Daging Merah, Baik atau Buruk untuk Kesehatan?

Sebagai solusi, kita bisa mengganti daging sapi dengan daging bison.

2. Keju

Mungkin, kita akan kecewa mendengar bahwa peringkat produksi keju tepat di bawah daging merah sebagai salah satu makanan terburuk untuk lingkungan.

Pasalnya, produksi keju bergantung pada produksi susu perah yang melepaskan metana dalam jumlah besar.

Metana berkontribusi pada dampak pemanasan global 25 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida.

Dari segi kesehatan, peneliti dari Harvard menemukan, lemak susu tidak selalu terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan jumlah kalori yang sama dari karbohidrat.

Mengganti sekitar lima persen kalori harian dari lemak susu dengan jumlah yang sama dari lemak tak jenuh dari sayuran atau minyak nabati, dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular 24 persen lebih rendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com