Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susu Kental Manis Masih Dianggap Susu untuk Anak

Kompas.com - 19/05/2021, 19:07 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, seorang anak harus benar-benar mendapatkan pemenuhan gizi yang baik sejak dini.

Namun, faktanya, di Indonesia masih banyak orangtua yang kurang memahami soal nutrisi yang tepat untuk anak.

Berdasarkan data dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) tahun 2019, sebanyak 37 persen ibu beranggapan bahwa susu kental manis adalah produk susu yang menyehatkan bagi anak.

Data tersebut juga menunjukan, sebanyak 29,1 persen anak yang memiliki status kurang gizi mengonsumsi susu kental manis lebih dari satu kali dalam sehari.

"Susu kental manis itu berbeda dengan produk susu lainnya karena mengandung lebih banyak gula," kata Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat dalam webinar "Praktik Pemenuhan Gizi di Satuan PAUD" melalui aplikasi Zoom, Rabu (19/5/2021).

Baca juga: 3 Kunci agar Anak Tumbuh Tinggi: Nutrisi, Waktu Tidur, dan Aktivitas

Menurut Arif, sumber kesalahan persepsi para ibu yang menganggap susu kental manis itu menyehatkan rata-rata berasal dari media, tenaga kesehatan, dan orang-orang lain di sekitar.

"Maka dari itu, kami selalu mendorong para ibu untuk lebih meningkatkan literasi gizi guna mencegah ancaman gizi buruk pada anak-anak sedari bayi," terangnya.

Pentingnya ASI dan MPASI

Ahli nutrisi dan penyakit metabolik, Dr Nur Aisiyah Widjaja, SpA(K) mengatakan bahwa dalam masa pertumbuhannya, bayi harus mendapatkan ASI eksklusif sampai enam bulan dan mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).

Hal tersebut bertujuan agar bayi mendapatkan pemenuhan gizi yang lebih baik dan terhindar dari stunting.

"Pada usia enam bulan, kandungan zat gizi makro, terutama protein dalam ASI sudah berkurang," ujarnya.

Baca juga: Pahami, 2 Dasar Utama Pertumbuhan Optimal pada Bayi

"Oleh sebab itu, anak bayi membutuhkan MPASI kaya protein hewani karena mengandung 30 hingga 40 persen lemak yang mirip dengan komposisi ASI, yang sebagian besar berisi lemak," lanjut dia.

Aisiyah juga menegaskan bahwa selain stunting, kekurangan gizi yang baik dapat mengakibatkan obesitas di kemudian hari.

"Obesitas merupakan salah satu faktor dari munculnya berbagai jenis penyakit kronis seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, saluran cerna, hingga gangguan pada kesehatan mental," ungkapnya.

Maka dari itu, dia menekankan agar para ibu selalu memahami pentingnya ASI dan MPASI di masa-masa awal pertumbuhan anak.

Baca juga: Jangan Biasakan Anak Minum Susu di Botol hingga Tertidur, Mengapa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com