Karena itu, anak perlu diajari berbagai hal tersebut termasuk soal pemindaian wajah dan pembuatan profis berbasis kecerdasan buatan.
UNICEF berusaha meningkatkan literasi digital pada anak dan remaja untuk kebutuhan sekolah, pekerjaan dan kehidupan. Kemampuan ini diprediksi akan menjadi dasar dan dibutuhkan dalam berbagai sektor.
Baca juga: Literasi Digital, Ini Cara Lindungi Data Diri agar Tak Disalahgunakan
Ketrampilan lain yang dianggap berkaitan oleh UNICEF antara lain keterampilan dasar (literasi dan berhitung); keterampilan yang dapat dipindahtangankan (juga dikenal sebagai keterampilan hidup, keterampilan abad ke-21 atau keterampilan lunak); dan keterampilan khusus pekerjaan (keterampilan teknis dan kejuruan).
Literasi digital merupakan hal yang baru bagi semua orang. Karena itu saat ini sedang dikembangkan tools berdasarkan kerangka kompetensi oleh lembaga dan perusahaan internasional.
Idenya adalah seperangkat kompetensi yang mencakup keterampilan teknis dan yang dapat dialihkan, seperti komunikasi dan pemecahan masalah.
Baca juga: Ketrampilan Hidup yang Paling Sulit Diajarkan pada Anak
Program literasi digital sudah mulai masih dilakukan. Hanya saja aplikasinya masih kurang merata salah satunya disebabkan kurangnya konsensus dan standar global.
Hal ini kemudian menyulitkan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk merancang dan melaksanakan inisiatif komparatif dan hemat biaya, terutama di negara berkembang.
Baca juga: Jokowi Ingin Internet Diisi Konten Mendidik dan Menyejukkan
UNICEF menjadi salah satu pihak yang telah menyelenggarakan berbagai program literasi digital di seluruh dunia. Sayangnya, belum ada kerjasama menyeluruh antara berbagai negara tersebut.
Hasil survei terhadap 40 inisiatif yang dilakukan oleh 37 Kantor Negara menunjukkan bahwa mereka tidak terkoordinasi dengan baik satu sama lain. Selain itu, pengetahuan tidak dihasilkan atau dibagikan secara sistematis tentang kemanjuran dan dampak.
Baca juga: Anak Muda Lebih Tertarik Berjualan Online
Aplikasi literasi digital masih memiliki banyak tantangan termasuk kurangnya kapasitas guru dan pelatih, kurangnya infrastruktur teknologi, konektivitas internet rendah (terutama untuk daerah terpencil), dan kurangnya pemahaman dari pembuat keputusan.
Karena alasan ini, dibutuhkan dukungan pengembangan kebijakan, kerangka kerja literasi digital, pedoman kurikulum dan perangkat praktis, seperti manual serta perangkat pelatihan.
Baca juga: Konten Viral Tenaga Kesehatan dan Kode Etik di Media Sosial
Program yang dimaksud antara lain DigComp framework dari Komisi Eropa dan Digital Kids Asia-Pacific oleh Kantor Regional Asia dan Pasifik UNESCO di Bangkok. Berbagai program tersebut dianggap dapat meningkatkan kemampuan dengan berfokus pada anak-anak.
Istilah literasi digital hanya akan menjadi ide semu jika tidak disesuaikan dengan konteks yang ada. Karena itu, pelaksanaannya membutuhkan pelaksanaan tinjauan diagnostik awal dari konteks lokal, mengembangkan pedoman operasionalisasi dan melakukan penilaian dampak.
Baca juga: 7 Alasan Orangtua Harus Dorong Anaknya Rajin Tulis Tangan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.