Orangtua bisa mengadaptasi kurikulum anak dari Google yang berjudul "Be Internet Awesome".
Ada lima faktor penting yang harus dikuasai oleh anak dalam memahami dunia internet yaitu berbagi dengan hati-hati (be internet smart), jangan terpikat pada hal palsu (be internet alert), dan amankan rahasia (be internet strong).
Lalu, menjadi "ramah" internet (be internet kind), dan saat ragu, bicaralah (be internet brave).
Perundungan di dunia siber semakin marak terjadi belakangan ini. Anak kita bisa saja menjadi korban atau pelakunya tanpa disadari.
Anak di bawah umur memang lebih rentan pada cyberbullying karena tidak sepenuhnya memahami batasan internet.
Ajari mereka untuk bersikap baik di internet seperti di dunia nyata.
Baca juga: Anak Asyik dengan Gadget, Waspadai Bahaya Digital Eye Strain
Sebaliknya, jangan ragu meminta pertolongan apabila terjebak dalam situasi tersebut.
Connect Safely, organisasi non profit yang bergerak dalam edukasi internet menyarankan orangtua untuk selalu mengawasi aktivitas anak, termasuk di internet.
Jika menjadi korban, simpan bukti pendukung, laporkan ke pihak berwajib, dan hindari pembalasan online.
Aplikasi termudah dari literasi digital adalah mengajak anak menggunakan produk digital. Kita sebenarnya sudah sangat terbantu selama masa pandemi ini.
Anak diharuskan belajar dengan metode jarak jauh, sehingga lebih familiar dengan perangkat dan aplikasi digital.
Kembangkan pengalaman ini dengan menggunakannya bersama-sama. Misalnya mencoba aplikasi baru agar anak dapat memahami tujuan dan manfaat program tersebut.
Anak saat ini sudah terbiasa dengan penggunaan surel dan dokumen digital lainnya untuk kebutuhan sekolah.
Ajak anak mempelajari sektor lainnya misalnya memotret dan mengeditnya di software untuk meningkatkan kualitasnya.
Kurikulum ini bisa disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak. Anggaplah ini sebagai ekstra kurikuler yang diberikan untuk anak.
Baca juga: Ghosting Generasi Digital, Tak Melulu soal Asmara