Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2021, 15:52 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber nytimes

Hanya saja, sebagian besar studi tersebut berfokus pada satu jenis olahraga dan tidak mengontrol apa yang dimakan peserta selama eksperimen.

Pada studi terbaru yang dimuat ke dalam jurnal Diabetologia, peneliti menggunakan pendekatan berbeda ketimbang studi-studi sebelumnya.

Para peneliti bekerja sama dengan Mary MacKillop Institute for Health Research di Australian Catholic University di Fitztroy, Australia serta instansi lain untuk memantau diet peserta dan mengatur waktu peserta berolahraga.

Baca juga: Hindari, 5 Kesalahan Olahraga yang Bikin Kacau Penurunan Berat Badan

Peneliti merekrut 24 pria di Australia yang tidak banyak bergerak dan kelebihan berat badan. Para responden itu diminta datang ke laboratorium untuk diperiksa berbagai hal, seperti kebugaran aerobik, kolesterol, kontrol gula darah, dan aspek kesehatan lainnya.

Peneliti juga menanyakan kepada setiap partisipan terkait kebiasaan mereka, dan mengirimkan makanan kepada mereka.

Makanan yang dikirimkan terdiri dari sekitar 65 persen lemak, karena para peneliti ingin mengetahui bagaimana waktu berolahraga dapat memengaruhi metabolisme lemak, serta kontrol gula darah.

Seluruh partisipan mengonsumsi makanan itu selama lima hari, kemudian mengunjungi lab untuk menjalani tes lanjutan.

Para peneliti membagi 24 partisipan menjadi tiga kelompok waktu olahraga. Kelompok pertama berolahraga setiap hari pada pukul 6.30, kelompok kedua berolahraga pada pukul 18.30, dan yang terakhir adalah kelompok kontrol (tidak diminta berolahraga).

Baca juga: Cara Menurunkan Kadar Gula Darah di Kondisi Darurat

Kelompok pertama dan kedua berolahraga selama lima hari berturut-turut sembari melanjutkan pola makan tinggi lemak. Setelah itu peneliti mengecek ulang kondisi partisipan.

Setelah lima hari mengonsumsi makanan berlemak, kolesterol para partisipan dalam kelompok kontrol --terutama kolesterol jahat atau LDL-- meningkat.

Di dalam darah mereka juga mengandung perubahan kadar molekul tertentu yang terkait masalah metabolisme dan kardiovaskular.

Perubahan itu menunjukkan partisipan berisiko lebih besar mengalami penyakit jantung.

Kelompok yang berolahraga di pagi hari juga menunjukkan peningkatan kolesterol yang sama dan pola molekuler yang mengkhawatirkan di dalam darah mereka, sama seperti yang ditemukan di kelompok kontrol.

Sebaliknya, partisipan dalam kelompok yang berolahraga di malam hari menunjukkan kadar kolesterol yang lebih rendah.

Kelompok tersebut juga mampu memperbaiki pola molekul yang berkaitan dengan kesehatan kardiovaskular dalam aliran darah mereka.

Halaman:
Sumber nytimes
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com