Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Cara Sehat untuk "Move On" Usai Jadi Korban "Ghosting"

Kompas.com - 27/05/2021, 19:00 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Ghosting menjadi salah satu silent treatment paling menyakitkan dalam sebuah hubungan.

Perilaku ini belakangan menjadi fenomena dalam dunia percintaan modern yang dialami oleh banyak anak muda.

Seseorang ditinggalkan tanpa penjelasan dalam hubungannya, sehingga tidak tahu harus berbuat apa.

Baca juga: Hindari Ghosting, Ini 4 Cara Akhiri Hubungan Walau Sulit

Dampaknya bahkan bisa lebih buruk dibandingkan hubungan yang benar-benar berakhir.

Ghosting membuat seseorang ragu untuk terus melangkah, namun juga tak yakin untuk bertahan dalam situasi yang serba tidak jelas itu.

Dampak psikologisnya juga beragam mulai dari perasaan marah, tidak dihargai, kesedihan mendalam, sampai depresi.

Karena itu, kita harus berani untuk move on jika merasa sudah menjadi korban ghosting.

Berikut adalah lima cara sehat untuk menghilangkan kegalauan pasca menjadi korban perilaku tak beretika ini.

  • Tetapkan batasan

Cari tahu lebih jauh soal hubungan yang kita miliki untuk memastikan apakah sudah menjadi korban ghosting.

Kejujuran dan transparansi dapat membantu kita memastikan soal kondisi yang dihadapi.

Silent treatment dalam hubungan pertunangan jelas perlu penanganan yang berbeda dibandingkan saat masih pacaran.

  • Beri waktu selama beberapa saat

Berikan pasangan batasan waktu untuk memastikan status hubungan kita.

Jika sikap diamnya masih terus berlanjut selama berminggu-minggu hingga bulanan maka bisa dipastikan dia tidak layak untuk ditunggu.

Baca juga: Viral Kisah Korban Ghosting, Ternyata Kekasihnya Tak Pernah Ada

Sebagai closure, kita bisa mengirimi pesan yang memintanya menghubungi dalam jangka waktu tertentu.

Jika tidak ada kejelasan maka anggaplah hubungan tersebut sudah berakhir.

Cara ini mungkin terasa kasar dan terkesan mengejar-ngejar, namun membantu kita untuk menutup diri dan memulihkan perasaan kehilangan kendali atau kekuasaan.

  • Hindari menyalahkan diri sendiri

Korban ghosting cenderung menyalahkan diri sendiri dan memandang rendah dirinya.

Mereka beranggapan ada yang salah dengan sikap dan perilakunya sehingga layak ditinggalkan tanpa kabar.

Namun jauhkan perasaan tersebut karena ini jelas bukan salah kita.

Apalagi, tidak ada bukti atau konteks untuk menyimpulkan alasan si dia meninggalkan hubungan.

Tidak ada perlunya merendahkan diri sendiri dan membuat diri sendiri semakin terluka secara emosional.

  • Jangan merusak diri sendiri

Sebagai pelarian rasa sakit hati karena hubungan yang gagal, banyak orang menyalurkannya kepada alkohol, obat-obatan atau perilaku tidak sehat lainnya.

Baca juga: Ghosting Generasi Digital, Tak Melulu soal Asmara

Penyembuhan kilat itu hanya bersifat sementara dan tidak menghilangkan masalah sama sekali.

Selain itu, -ingatlah, ada risiko kita terjebak pada ketergantungan dan pola serupa di kemudian hari.

  • Habiskan waktu bersama teman dan keluarga

Jadikan momen buruk ini sebagai kesempatan untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan sahabat dan keluarga terdekat.

Ambil sebanyak mungkin energi positif yang bisa dapatkan dari orang terkasih.

Hubungan yang positif dan sehat bermanfaat menghilangkan kesedihan dan membuat kita lebih bersemangat.

  • Cari bantuan profesional

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti terapis atau psikolog untuk menghadapi perasaan yang kita alami.

Apa yang dirasakan mungkin begitu kompleks sehingga sulit bagi kita sendiri untuk memahaminya.

Baca juga: Ghosting, Fenomena Putus Hubungan Anak Zaman Now

Para pakar kejiwaan tentu lebih paham serta dapat memberikan solusi untuk menanganinya.

Tidak perlu malu jika kita memang membutuhkannya. Pengalaman buruk ini bisa jadi pelajaran untuk kita agar menjadi pribadi yang lebih kuat lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com