Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Aku dan Instagram Influencer: Kok Aku Tidak seperti Mereka?

Kompas.com - 05/06/2021, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

Oleh: Novi Hidayati Afana dan Meylisa Permata Sari

SAAT INI, siapa sih yang tidak memiliki akun Instagram? Pada tahun 2020, pengguna Instagram di seluruh dunia telah melewati angka satu miliar pengguna.

Indonesia merupakan negara penyumbang pengguna Instagram keempat terbesar di dunia. Angka pemilik akun Instagram dari Indonesia telah menyentuh lebih dari 63 juta. Artinya, hampir 1 dari 4 orang Indonesia memiliki akun Instagram.

Instagram seringkali dijadikan sebagai tempat untuk membagikan sekilas info kehidupan kita dan mengikuti kehidupan orang-orang di sekeliling kita.

Selain mengikuti kenalan, Instagram juga digunakan untuk mengikuti kehidupan orang eksis di sosial media, yang kini sering disebut sebagai Instagram influencer.

Berbeda dengan selebriti pada umumnya, Instagram influencer merupakan pengguna Instagram yang memiliki pengaruh pada banyak individu.

Sekarang ini orang-orang lebih memercayai informasi yang diberikan oleh influencer dibandingkan selebriti tradisional karena dianggap lebih relatable dan menarik untuk diikuti, terutama bagi kaum muda-mudi.

Untuk remaja ataupun dewasa muda, mengikuti kehidupan Instagram influencer menjadi sebuah hal yang wajar karena mereka dipandang sebagai sosok "orang biasa" yang dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, di balik dampak positif yang diberikan oleh Instagram influencer, penelitian menemukan bahwa paparan terhadap Instagram influencer seringkali membuat kita memiliki ekspektasi yang tidak realistis mengenai hidup.

Pada akhirnya, hal itu dapat menurunkan kesehatan mental seperti menjadi merasa kesepian, kurang percaya diri, menganggap penampilannya tidak baik, atau bahkan sampai depresi.

Kok bisa?

Saat menggunakan social media dan melihat sosok yang relatable, secara tidak sadar kita membandingkan kehidupan kita dengan gambaran kehidupan yang dipresentasikan oleh orang tersebut, dalam hal ini adalah Instagram influencer (Feltman & Szymanski, 2018).

Seperti dilansir dari Psychology Today, Thomas Mussweiler, profesor dalam bidang perilaku organisasi di London Business School, menyatakan, "Tidak dapat dihindari, kita menghubungkan informasi mengenai orang lain dengan diri kita sendiri".

Hal tersebut adalah salah satu cara mendasar yang kita gunakan untuk mengenali dan mengembangkan pemahaman tentang siapa diri kita.

Kita akan melakukannya secara spontan dan otomatis serta kapan pun kita dihadapkan dengan orang lain.

Terlepas apakah standar yang ditunjukkan sangat ekstrem atau tidak, kita akan membandingkan dan memperbaikinya supaya sesuai dengan standar tersebut.

Baca juga: Kenapa Kita Sering Membandingkan Diri Dengan Orang Lain di Medsos?

Hasil penelitian penulis pada 2020 menunjukkan bahwa paparan terhadap penampilan Instagram influencer dapat membuat citra tubuh menurun karena ada kecenderungan untuk membandingkan bentuk tubuh diri dengan bentuk tubuh influencer tersebut.

Jadi, bagaimana ya caranya supaya kita dapat mencegah perilaku membandingkan diri dengan Instagram influencer?

Berikut adalah enam hal yang dapat kamu lakukan untuk keluar dari jebakan media sosial:

1. Image tidak sama dengan realita

Penting untuk mengetahui dan mengingat bahwa apa yang ditunjukkan di Instagram adalah image yang ingin influencer tunjukkan ke dunia.

Karena tuntutan image dari pengikut Instagram, tidak sedikit influencer yang akhirnya menampilkan gambaran yang dikehendaki oleh pengikutnya, bukan diri yang sebenarnya.

Hal tersebut dilakukan sebagai branding diri dan tidak jarang semuanya sudah melalui proses editing.

Coba deh ingat-ingat, kita pun waktu mengunggah sesuatu memilih yang paling bagus atau yang hanya ingin dibagikan, kan?

Nah mirip, jadi apa yang diperlihatkan influencer belum tentu adalah keseluruhan ataupun kebenaran dari hidupnya.

2. Pilih-pilih siapa Instagram influencer yang diikuti

Apakah ada Instagram influencer tertentu yang membuat kamu merasa tidak cukup baik berkeliaran di feed kamu? Maka itu adalah tanda waktunya untuk unfollow mereka!

Daripada mengikuti akun yang malah membuat kamu merasa jelek atau tidak menyukai diri sendiri, ada baiknya mengikuti influencer yang mempromosikan pesan-pesan positif seperti self-love, kesadaran finansial, dan nilai-nilai kehidupan.

Sekarang banyak loh influencer yang seperti ini. Jadi, sebelum kita mengikuti akun-akun influencer, ada baiknya untuk melihat-lihat dulu apa sih nilai-nilai yang dibagikan oleh influencer tersebut.

3. Mengurangi waktumu di social media

Hasil penelitian mengindikasikan kalau ternyata penggunaan sosial media memiliki efek adiktif, sehingga seringkali penggunaannya menjadi berlebihan dan tidak sehat.

Hal tersebut juga meningkatkan kecenderungan mengarahkan kita untuk melakukan perbandingan dengan orang lain di sosial media.

Nah, kita dapat mengatur screen time dengan membuat timer atau memasang screen time limit khusus untuk sosial media di pengaturan gawai kita masing-masing.

4. Boleh membandingkan, tapi sedikit saja

Penelitian menunjukkan bahwa membandingkan diri dengan orang yang lebih baik dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik.

Bandingkan dengan orang yang sedikit lebih baik dari kamu, jadi goals-nya tidak berlebihan dan masih dapat dicapai.

Tapi yang paling penting, bandingkan diri kamu dengan diri kamu sendiri. Refleksikan seberapa jauh kamu telah berkembang jika dibandingkan dengan kamu yang sebelumnya.

5. Do action!

Linda Wati, dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara sekaligus psikolog di Vajra Cipta Nirvana, menambahkan bahwa daripada kita terpaku memikirkan kelemahan diri sendiri akibat membandingkan diri dengan influencer, atau meratapi nasib yang terasa buruk, maka lebih baik lakukan sesuatu untuk mengubahnya.

Lihat hal baik dalam dirinya yang dapat kamu tiru. Kenali penyebab dari kesuksesan/hal baik dari influencer yang dapat kamu coba praktikkan. Coba tingkatkan kemampuan diri. Belajar dan terus belajar hal baru. Asah minat dan bakat kamu hingga menjadi diri yang lebih baik lagi.

6. I am blessed!

Last but not least, perlu diingat bahwa kita semua memiliki keunikan masing-masing yang menjadi kelebihan kita tersendiri. Seringkali karena keseringan melihat orang lain yang lebih baik, kita lupa menghitung berkat yang sudah dipunya.

Sekali-kali kita dapat membandingkan diri dengan orang yang belum seberuntung atau sebaik kita, agar kita dapat lebih mensyukuri apa yang sudah dimiliki.

Stop looking for magic outside yourself – you are it!

***

Novi Hidayati Afana
Mahasiswa program sarjana Fakultas Psikologi di Universitas Tarumanagara

Meylisa Permata Sari, SPsi, MSc
Dosen program sarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com