"Jika Anda memiliki gangguan makan, riwayat gangguan makan, atau tantangan dengan makanan, puasa 5:2 bisa sangat berbahaya," ucap dia.
Hultin menambahkan, diet 5:2 kemungkinan tidak cocok bagi seorang atlet atau mereka yang melakukan aktivitas fisik intens secara teratur, karena tubuh mereka membutuhkan kalori.
Apabila atlet berpuasa dan menjalani olahraga, maka performa atlet tersebut tidak optimal dan akan mengalami kelelahan.
Sementara itu, Williams mengatakan jika kita tidak memilih makanan padat nutrisi selama menjalani diet 5:2, maka kita berpotensi kehilangan nutrisi penting.
Apabila hal itu terjadi dalam waktu lama, kita bisa kekurangan vitamin dan mineral.
Baca juga: Perhatikan, 6 Efek Samping Diet Puasa dan Solusinya
Diet 5:2 tergantung kondisi setiap orang
Diet ini bisa berhasil pada satu orang, tetapi belum tentu memberikan efek yang sama pada orang lain.
"Diet 5:2 dapat bekerja sangat baik pada sebagian orang, tetapi tidak untuk semua orang," kata Hultin.
"Saya lebih sering menyarankan klien untuk fokus pada diet satu malam sederhana."
"Biasanya diet 10 hingga 12 jam dan menghindari jadwal diet yang lebih intensif seperti 5:2, karena saya rasa lebih baik untuk kesuksesan dan stabilitas jangka panjang," tambahnya.
Jika kita baru mencoba diet intermiten, para ahli menyarankan kita untuk mengawali diet ini dengan berpuasa selama 10-16 jam dan mengecek respons tubuh kita.
Pola diet terbaik pada dasarnya adalah pola diet yang sesuai bagi kita dan mendorong kita untuk terbiasa makan sehat.
Baca juga: Diklaim Efektif Menurunkan Berat Badan, Ini 4 Metode Puasa Intermiten
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.