Gula mudah diserap dan dicerna. Jadi, jika kita merasa lelah, bisa jadi itu karena jumlah gula yang ada pada makanan kita.
“Gula adalah sumber energi yang sangat cepat. Jadi, terlepas dari seberapa banyak kita makan, dalam 30 menit kita akan lapar lagi, kehabisan energi, atau mencari energi lain,” kata Stoner-Davis.
Perubahan besar gula darah dan insulin juga dapat menyebabkan tingkat energi menurun dan memengaruhi tingkat energi secara keseluruhan.
Baca juga: 9 Tanda Kamu Alami Kelelahan Mental
Jika makanan tidak terasa manis seperti biasanya atau jika kita selalu perlu menambahkan gula ke makanan agar terasa enak, mungkin kita sudah terlalu banyak mengonsumsi gula.
Mengganti gula dengan pemanis buatan mungkin kurang membantu.
“Banyak pengganti gula ternyata jauh lebih manis daripada gula sebenarnya sehingga menipu otak kita untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang lebih tinggi lagi dan meningkatkan hasrat akan rasa manis secara keseluruhan," kata Cording.
Menurut Cording, gula menargetkan pusat kesenangan di otak dan memicu peningkatan dopamin yang disebut "hormon bahagia".
Jalur di otak ini memiliki peran penting dalam menentukan makanan yang kita pilih, termasuk memengaruhi keinginan untuk mengonsumsi gula.
Sederhananya, makan gula meningkatkan dopamin dan peningkatan dopamin itu sendiri dapat meningkatkan keinginan untuk gula. Pada akhirnya kita akan berada di lingkaran setan.
Kabar baiknya, fokus pada camilan yng terdiri dari makanan alami dan utuh (whole food) serta mengonsumsinya secara teratur dapat membantu menekan ngidam makanan manis tersebut.
Baca juga: Cara Efektif Mengelola Rasa Ngidam pada Makanan
Terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan juga dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Menurut penelitian, mengonsumsi minuman manis memiliki hubungan yang signifikan dengan tekanan darah tinggi dan insiden hipertensi yang lebih tinggi.
Namun, Li mengingatkan bahwa hubungan sebab-akibat langsung dari makanan manis dan hipertensi sebetulnya belum ditemukan.
Apa yang diketahui para ilmuwan adalah bahwa kadar glukosa tinggi dapat merusak lapisan pembuluh darah sehingga membuat lipid seperti kolesterol lebih mudah menempel pada dinding pembuluh darah.
“Ketika itu terjadi, akan terjadi pengerasan pembuluh darah. Ketika pembuluh darah mengeras, tekanan darah akan naik,” kata Li.
Cording menjelaskan, kontrol glikemik memainkan peran penting dalam kesehatan kulit dan jerawat.
Sebuah penelitian, misalnya, menunjukkan bahwa resistensi insulin dapat memengaruhi perkembangan jerawat.
Selain jerawat, gula tambahan juga mungkin menyebabkan munculnya kerutan.
Produk akhir glikasi lanjutan adalah hasil dari konsumsi produk gula berlebih. Menurut sebuah artikel di Nutrition yang diterbitkan pada Maret 2020, hal itu dapat mendorong penuaan kulit.
Baca juga: 5 Bahan Alami untuk Hilangkan Bekas Jerawat
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.